Di sisi lain, Banda Aceh juga tumbuh sebagai pusat ekonomi kreatif. "Melalui identitas baru Banda Aceh, Kota Parfum Indonesia, kami mengembangkan potensi tanaman aromatik lokal seperti nilam, kenanga, dan melati," ucap Illiza.
Baru-baru ini, kolaborasi dengan Universitas Syiah Kuala dan pelaku UMKM berhasil mengekspor 1 ton minyak nilam ke Prancis senilai Rp1,5 miliar. Prestasi konkret yang patut diapresiasi.
"Kami ingin aroma Banda Aceh bukan hanya tercium di pasar dunia," ungkapnya penuh harap, "tapi juga menjadi simbol kreativitas dan kemandirian ekonomi yang berakar pada nilai Islam."
Hubungan Banda Aceh dan Tiongkok sendiri ternyata sudah terjalin sejak masa Dinasti Ming. "Catatan sejarah menyebutkan bahwa pada 1602, Sultan Alauddin Riayat Syah mengirim utusan ke Kaisar Wanli, membawa rempah dan kapur barus sebagai tanda persahabatan," paparnya.
"Diplomasi itu berlanjut di masa Sultan Iskandar Muda. Dan hingga kini, artefak keramik Dinasti Ming masih ditemukan di Gampong Pande dan Lamreh. Hal ini adalah bukti nyata hubungan damai antara Aceh dan Tiongkok," imbuh Illiza.
Menurutnya, di abad ke-21 ini, para pihak tidak lagi berlayar dengan kapal dagang, tapi dengan kapal persahabatan dan kerja sama. Ia pun menawarkan peluang kolaborasi baru berupa promosi wisata lintas negara From Wenzhou to Banda Aceh: The Maritime Silk Route Experience.
Tawaran itu mencakup investasi pariwisata halal dan waterfront city, pertukaran SDM untuk pelatihan pariwisata, hospitality, dan teknologi digital, serta Smart Tourism Collaboration: integrasi data destinasi dan promosi berbasis AI.
"Kami juga membuka sektor pendukung kolaborasi," sebutnya, "pengembangan rute penerbangan Banda Aceh-Kuala Lumpur-Wenzhou/Guangzhou, kolaborasi media digital melalui TikTok/Douyin, Trip.com, Fliggy, dan WeChat, serta dukungan logistik dan branding lintas negara untuk promosi wisata, UMKM, dan event budaya."
Menutup paparannya, Illiza mengungkapkan bahwa Banda Aceh memang kota kecil di ujung barat Indonesia, tapi semangatnya besar. Semangat untuk menjaga warisan, membangun kolaborasi, dan menebar kedamaian.
"Melalui Jalur Sutra Maritim, kami ingin mengirim pesan sederhana kepada dunia bahwa dari sejarah, kita belajar tentang kebersamaan. Dari budaya, kita belajar tentang kemanusiaan. Dan dari kolaborasi, kita menumbuhkan masa depan yang damai dan berkeadilan," tandasnya. "May our partnership sail together for peace, prosperity, and shared humanity."
Artikel Terkait
Menteri Supratman Soroti Dapur Gizi Polda Sulteng yang Raih Predikat Terbaik
Djarum Buka Suara Usai Direksinya Dilarang ke Luar Negeri
DPR Bakal Tinjau Ulang Aturan Tanah IKN Usai Putusan MK Batalkan HGU 190 Tahun
Viral, Deretan Lampu Taman di Flyover Cibinong Raib Dicuri Oknum