Dari sosok HM Soeharto, masyarakat dapat meneladani semangat perjuangan dan dedikasinya yang tinggi terhadap kedaulatan negara. Perannya dalam menjaga stabilitas keamanan nasional serta meningkatkan kesejahteraan rakyat melalui berbagai program pembangunan yang berkelanjutan patut dijadikan pelajaran.
Sementara dari sosok Gus Dur, masyarakat dapat belajar dan meneladani nilai-nilai kemanusiaan, inklusivitas, serta toleransi yang sangat luas. Gus Dur telah mengajarkan melalui pemikiran dan tindakannya bahwa kebaikan dan keadilan tidak seharusnya mengenal batas agama, suku, maupun golongan.
"Penganugerahan gelar kepada dua tokoh dengan latar belakang dan corak kepemimpinan yang sangat berbeda, yakni dari sisi militer dan pembangunan serta dari sisi ulama dan demokrasi, merupakan bukti nyata bahwa bangsa Indonesia mampu bersatu dalam keberagaman," tegas Zainut.
Majelis Ulama Indonesia juga menekankan kembali pentingnya penerapan prinsip tasamuh (toleransi), tafahum (saling memahami), dan ta'awun (saling menolong) dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Prinsip-prinsip ini dianggap sangat krusial, terutama di tengah perbedaan pandangan politik atau ideologi yang mungkin berasal dari masa lalu.
"MUI mengajak seluruh elemen dan komponen bangsa untuk menjunjung tinggi kebesaran jiwa yang dicontohkan oleh kedua pahlawan nasional ini. Mari kita akhiri segala bentuk polarisasi yang tidak produktif dan bersatu padu membangun Indonesia yang lebih adil, makmur, dan beradab," pungkas Zainut.
Artikel Terkait
Kades di Sragen Tersangka Korupsi Sewa Tanah Desa, Rugikan Negara Rp 240 Juta
Perjuangan Dakwah Ustaz Awi: Mengajar & Mengaji di Pedalaman Suku Talang Mamak Riau
Ledakan SMAN 72 Jakarta: Kronologi CCTV dan Motif Pelaku Menurut Polda Metro Jaya
Kronologi Lengkap Ledakan SMAN 72 Jakarta: Detik-detik Pelaku Beraksi Berdasarkan CCTV