Ahli hubungan antaragama, Susan Katz Miller, mengingatkan bahwa memiliki "agenda tersembunyi" dalam pernikahan beda agama dapat menimbulkan tekanan. Ia menekankan bahwa saling menghormati keyakinan masing-masing adalah kunci utama.
Menanggapi kontroversi ini, Vance menegaskan komitmen dan cintanya kepada sang istri. Melalui media sosial, ia menulis bahwa Usha adalah "berkah terbesar" dalam hidupnya dan mereka terus menjalin komunikasi terbuka tentang iman dan kehidupan.
Fenomena pernikahan beda agama di AS sendiri semakin umum. Data Pew Research Center menunjukkan peningkatan signifikan, dari 19% sebelum 1960 menjadi 39% sejak 2010. Banyak pasangan kini memilih untuk membesarkan anak-anak mereka dalam dua tradisi agama, atau bahkan tanpa afiliasi agama tertentu.
John Grabowski, profesor teologi di Catholic University of America, memberikan perspektifnya. Menurutnya, keinginan untuk berbagi iman dengan pasangan adalah hal yang wajar, namun hal itu tidak boleh dilakukan dengan paksaan. Gereja Katolik sendiri menekankan bahwa keputusan untuk berpindah agama haruslah datang dari hati nurani yang bebas.
Artikel Terkait
28 Hari Menyisir Lumpur, PDIP Aceh Bawa Bantuan ke Pelosok Terisolir
Gemerlap Lampu Natal Menyulap Bundaran HI Jadi Destinasi Malam Warga Jakarta
Kapolda Lampung Turun Langsung Pantau Kesiapan Arus Mudik di Bakauheni
Gus Yahya Ungkap Upaya Islah dengan Rais Aam PBNU Belum Berjawab