Pemuda Indonesia saat ini menghadapi tantangan kompleks di era digital. Generasi Z sebagai generasi penerus bangsa berada di persimpangan antara warisan semangat perubahan dan arus globalisasi yang membingungkan. Artikel ini membahas peran strategis pemuda muslim dalam mengarahkan perubahan dengan panduan ideologi Islam.
Data The Lancet (2022) mengungkapkan 42% anak muda global mengalami kecemasan akan masa depan. Survei nasional di Indonesia juga menunjukkan peningkatan angka depresi dan stres di kalangan generasi muda. Fenomena ini mencerminkan kegelisahan mendalam terhadap kondisi dunia yang dihadapkan pada kerusakan moral, ketimpangan sosial, dan praktik politik pragmatis.
Generasi muda digital native memiliki kemampuan teknis luar biasa namun sering terjebak dalam aktivisme permukaan. Kemampuan 'speak up' di media sosial tidak selalu diimbangi dengan kedalaman berpikir 'think deep'. Semangat perubahan kehilangan arah tanpa pondasi nilai yang jelas.
Sejarah membuktikan pemuda sebagai penentu arah peradaban. Sumpah Pemuda 1928 bukan sekadar seruan persatuan tetapi penetapan arah perjuangan kemerdekaan. Kini, tantangan bergeser menjadi penjajahan ideologis melalui sekularisme, hedonisme, dan pragmatisme politik.
Islam menawarkan peta perubahan yang jelas melalui QS. Ar-Ra'd ayat 11. Ayat ini menegaskan perubahan hakiki dimulai dari transformasi internal individu sebelum mengubah sistem eksternal. Rasulullah SAW membuktikan hal ini dengan membangun peradaban Islam melalui pembinaan generasi muda sahabat yang memiliki kejelasan arah perjuangan.
Artikel Terkait
Mahasiswa Tewas Dikeroyok di Masjid Agung Sibolga, 3 Pelaku Ditangkap, 2 Buron
Interactive Flat Panel (IFP) Resmi Diluncurkan, 50.000 Unit Didistribusikan ke Sekolah
Kondisi Memprihatinkan: Aliran Sungai Krukut di Tanah Abang Tersumbat Sampah dan Lumpur
Waspada Gelombang Tinggi 4 Meter di Lampung 3-6 November 2025, BMKG Beri Imbauan!