Mental Hoarding: Penyebab Tersembunyi di Balik Kelelahan Kerja dan Cara Mengatasinya
Kasus tragis Matsuri Takahashi, perempuan 24 tahun lulusan Universitas Tokyo yang bunuh diri karena karoshi (kematian akibat kerja berlebihan) di perusahaan Dentsu, mengungkap fenomena psikologis mendalam: mental hoarding. Sebelum meninggal, ia menulis di media sosial: "Tubuhku hancur, tapi aku tidak boleh menyerah." Kisahnya menjadi simbol generasi yang menanggung beban tak kasat mata berupa tanggung jawab berlebihan dan ilusi kontrol.
Apa Itu Mental Hoarding?
Mental hoarding adalah perilaku menimbun tanggung jawab, kesibukan, dan peran sebagai cara menolak rasa tidak berdaya. Berbeda dengan physical hoarding yang menumpuk barang, mental hoarding membuat seseorang terus menambah pekerjaan untuk menciptakan ilusi kontrol atas hidupnya.
Mekanisme Psikologis di Balik Mental Hoarding
Psikolog Randy O. Frost dan Gail Steketee menjelaskan bahwa perilaku menimbun berkaitan dengan makna emosional dari tindakan memiliki atau mengendalikan. Ketika objeknya menjadi beban kerja, setiap tambahan tugas berfungsi menenangkan ketakutan akan kehilangan makna hidup.
Budaya Modern yang Merayakan Kesibukan Berlebihan
Masyarakat modern sering menganggap sibuk sama dengan bernilai. Karyawan lembur dianggap berdedikasi, manajer tak pernah cuti dipuji sebagai pemimpin sejati. Padahal, di balik citra ini tersembunyi ketidakseimbangan mental yang berbahaya.
Data dan Fakta Tentang Overwork
Japan Institute for Labour Policy and Training (2020) mencatat ratusan kasus overwork yang diakui pemerintah setiap tahun, dengan ribuan kasus tersembunyi berupa stres kronis dan depresi. Workaholism menjadi bentuk pelarian dari rasa tidak aman di berbagai negara.
Tanda-Tanda Mental Hoarding
Perilaku ini ditandai dengan:
- Ketakutan berlebihan akan kehilangan relevansi
- Kesulitan menolak tambahan pekerjaan
- Perasaan tidak berguna ketika tidak sibuk
- Gejala fisik seperti sulit tidur dan mudah marah
 
                         
                                 
                                             
                                             
                                             
                                                 
                                                 
                                                 
                                                 
                                                 
                                                
Artikel Terkait
Tantangan Sekolah Inklusif di Indonesia: Biaya, Guru, dan Solusi
Pohon Tumbang di Dharmawangsa Tewaskan Pengemudi, Ini Penjelasan dan Komitmen Pemprov DKI
Mahfud MD Beberkan Kekhawatiran Jaminan Indonesia ke China untuk Proyek Kereta Cepat Whoosh
Korban Meninggal Banjir Semarang Bertambah 4 Orang, 3 di Antaranya Anak-Anak