Al-Fashir Jatuh ke RSF: Pembantaian Massal dan Perang Emas Sudan
Kota Al-Fashir di Sudan resmi jatuh ke tangan milisi Rapid Support Forces (RSF) pada 27 Oktober 2025. Kejatuhan benteng terakhir Angkatan Bersenjata Sudan (SAF) di Darfur ini disertai laporan pembantaian massal dan pelanggaran HAM berat yang mengerikan.
Darfur: Lautan Emas dan Sungai Darah Sudan
Jatuhnya Al-Fashir memperkuat kontrol RSF atas seluruh wilayah Darfur, daerah yang menyimpan cadangan emas terbesar di Afrika. Ironisnya, kekayaan alam ini justru menjadi bahan bakar konflik berkepanjangan di Sudan.
Tambang Emas Jebel Amer: Sumber Dana Perang Sudan
Daerah sekitar Al-Fashir merupakan produsen utama emas Sudan, dengan Tambang Jebel Amer sebagai penghasil emas terbesar di Afrika. Pada tahun 2023 saja, tambang ini menghasilkan 50 ton emas senilai 3 miliar Dolar AS yang kini sepenuhnya dikuasai RSF.
Monopoli Gelap Emas Darfur oleh RSF
Sebanyak 90% produksi emas Darfur bersifat ilegal dan diselundupkan melalui perbatasan Chad dan Libya. Emas curian ini menjadi sumber pendapatan utama RSF yang mencapai 2 miliar Dolar AS per tahun untuk membiayai perang.
Jenderal Hemedti dan Kekaisaran Emas RSF
Pemimpin RSF, Jenderal Mohamed Hamdan Dagalo (Hemedti), menguasai 80% tambang emas Darfur sejak 2019. RSF memaksa ribuan pekerja tambang manual untuk bekerja, kemudian menyelundupkan emas mentah ke luar negeri melalui perusahaan kedok.
Artikel Terkait
Kebakaran Hebat di Korsel Picu Polemik: Bencana Nasional atau Tindakan Lembek?
Lima Nelayan Bertaruh Nyawa Tiga Jam di Tengah Amukan Ombak Bali
Ahli Geologi Ingatkan: Hunian Korban Bencana di Sumatra Tak Boleh Dibangun di Atas Memori Bencana
Tito Pastikan Bantuan Rp 268 Miliar untuk Korban Bencana Tepat Sasaran