Di antara ratusan wajah yang berdiri tegak di halaman Balai Kota DKI Jakarta, dua perempuan ini menyimpan harapan besar di balik rompi putih mereka. Mereka adalah bagian dari Pasukan Putih, layanan kesehatan warga Jakarta yang memberikan perawatan langsung kepada masyarakat rentan.
Eka (32), seorang bidan berpengalaman, dan Ika (25), mantan KOL specialist, menunjukkan bahwa latar belakang yang berbeda tidak menghalangi niat tulus untuk membantu sesama. Keduanya digerakkan oleh empati yang sama untuk terjun dalam dunia pelayanan kesehatan masyarakat.
Kisah Ika: Dari Dunia Digital ke Pelayanan Kesehatan
Bagi Ika, keputusan bergabung dengan Pasukan Putih Jakarta merupakan panggilan hati. Dengan latar belakang pendidikan SMA dan pengalaman sebagai KOL specialist, ia menyadari pentingnya memiliki bekal pengetahuan kesehatan yang memadai.
"Awalnya saya freelance di salah satu agensi. Background saya SMA," ujar Ika tentang perjalanan kariernya sebelum bergabung dengan Pasukan Putih.
Momen penentu terjadi ketika ia menemani neneknya berobat ke rumah sakit. Ia melihat banyak pasien lansia yang datang sendirian tanpa pendamping, serta kesulitan memahami sistem digital Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).
"Tergerak sih ya ada rasa empati seperti itu," kenang Ika. "Kalau saya tidak masuk ke sini, mau mengajarkan malah takutnya dikira sok tahu."
Melalui pelatihan intensif Pasukan Putih, Ika mempelajari berbagai keterampilan dasar perawatan kesehatan: mulai dari memandikan pasien, mengganti diapers, mengecek TTV (tanda-tanda vital), hingga membersihkan luka.
Pengalaman Eka: Bidan yang Menembus Penolakan Masyarakat
Berbeda dengan Ika, Eka sudah lama berkecimpung di dunia kesehatan sebagai bidan profesional. Namun, bergabung dengan Pasukan Putih memberinya perspektif baru tentang tantangan pelayanan kesehatan di masyarakat.
Berdasarkan pengalamannya bertugas di Kelurahan Kamal, Kalideres, Jakarta Barat, Eka menghadapi kendala berupa rendahnya kesadaran kesehatan warga.
"Pendidikannya minim, pengetahuannya minim. Jadi agak susah juga untuk bujuk mereka sadar akan kesehatan," ujarnya.
Tak jarang Eka mengalami penolakan langsung dari warga. "Saya datang ke lansia, dia cuma bilang, 'Ah, itu mah sudah penyakit tua. Jadi percuma mau diobatin kayak gimana juga'," jelas Eka menirukan respons warga.
Artikel Terkait
Badai Melissa Tewaskan 20 Orang di Haiti, Separuhnya Anak-Anak: Ini Update Terkini
PNS dan Anak Tembak Tetangga, Jasad Dikarung & Dibuang di Sawah: Motifnya Bikin Merinding
PKMK, Solusi Cepat Atasi Stunting? Ini Kata Dokter dan Strategi Pemerintah
Soeharto Pahlawan Nasional? Koalisi Sipil Bongkar Alasan Mengejutkan Penolakan Mereka!