Cerpen: Obrolan di Kedai Kopi Clarke Quay - Analisis Kedaulatan Ekonomi
Oleh: Makdang Edi
Babak I – Kopi Hitam di Senja Singapura
Langit sore di Clarke Quay menguning keperakan, memantulkan cahaya di permukaan air dermaga. Di sebuah kedai kopi kecil yang tersembunyi di antara gedung-gedung kaca, Mr. Liang dengan kacamata tipis dan jas abu-abu duduk berhadapan dengan Mr. Arman yang tampak kelelahan.
"Masih memikirkan proyek cepat itu?" tanya Liang sambil menyesap kopi hitamnya.
Arman tersenyum pahit. "Bagaimana tidak? Semuanya kacau. Biaya membengkak, utang tak terbendung, dan di kantor pusat semua saling menyalahkan. Sekarang mereka sebut proyek itu 'barang busuk'."
Liang tertawa pelan. "Dalam bisnis besar, Arman, tidak ada barang busuk. Yang ada hanya aset yang belum menemukan pemilik barunya."
Dialog ini menggambarkan dinamika negosiasi bisnis internasional dan tekanan finansial yang dihadapi banyak perusahaan nasional.
Babak II – Intrik di Balik Neraca
Malam turun di Singapura ketika Liang mengeluarkan dokumen restrukturisasi kepemilikan. "Tak ada paksaan. Semua melalui prosedur hukum. Pemerintahmu bisa menyelamatkan wajah, dan kami mendapat akses penuh untuk mengelola jalur cepat itu."
Artikel Terkait
Harapan Baru untuk Fitri: Rumah di Atas Rawa Akhirnya Direnovasi
Program Makan Bergizi SMPN 1 Tamansari Berjalan Mulus, Jimmy Hantu Tangani Menu
Sidang Perdana Nadiem Batal, Mantan Mendikbud Masih Terbaring di Rumah Sakit
Imigrasi Amankan 220 WNA dalam Operasi Besar-besaran di Kawasan Tambang