Anies Buka Suara Soal Nepotisme di Daerah: Ternyata Ini yang Terjadi!

- Senin, 20 Oktober 2025 | 05:50 WIB
Anies Buka Suara Soal Nepotisme di Daerah: Ternyata Ini yang Terjadi!

Dampak Nepotisme dalam Dunia Olahraga

Mantan Gubernur DKI Jakarta ini juga mengungkap fenomena menarik dalam olahraga Indonesia. "Saya perhatikan cabang olahraga yang single kita jagoan: panah, panjat tebing, angkat besi, bulutangkis. Tapi begitu berkelompok, kalah. Kenapa? Membentuk kesebelasan: tujuh meritokrasi, empat titipan," ungkapnya.

Ia juga berbagi pengalaman saat menjabat sebagai Gubernur DKI, di mana atlet-atlet Jakarta harus mengalah kepada tuan rumah dalam PON. "Pelatih-pelatih datang mengadu, 'Pak Gubernur, atlet kita harus kalah sama tuan rumah.' Ini membuat orang yang bekerja keras merasa, 'Buat apa saya latihan berbulan-bulan kalau ujungnya tidak ada meritokrasi?'" tutur Anies.

Efek Domino dari Tingkat Pusat ke Daerah

Anies memperingatkan bahaya efek penularan praktik anti-meritokrasi dari atas ke bawah. "Ketika prinsip meritokrasi dipegang di puncak, dia menular ke bawah. Tapi ketika di puncak paling atas longgar, maka di bawah lebih longgar lagi," tegasnya.

Ia membandingkan Indonesia dengan negara-negara sukses seperti Korea Selatan, Taiwan, Jepang, dan Singapura. "Kishore Mahbubani mencatat mengapa di negara-negara itu terjadi kemajuan luar biasa. Salah satu jawabannya adalah meritokrasi. Tidak ada seseorang diangkat dalam posisi tanpa prestasi," ujarnya.

Ajakan Memulai Gerakan Meritokrasi dari Kampus

Di akhir paparannya, Anies mengajak mahasiswa UNAIR untuk mempelopori gerakan meritokrasi dari lingkungan kampus. "Bagaimana BEM di UNAIR, di FISIP, organisasi kemahasiswaan nomor satukan meritokrasi? Mereka yang berprestasi, mereka yang kompeten, mereka yang mendapatkan kepercayaan dan kewenangan," ajaknya.

"Sekarang teman-teman di UNAIR sudah memulai, yuk kita gaungkan meritokrasi ini menjadi gerakan baru di Indonesia. Gerakan meritokrasi untuk Indonesia," pungkas Anies yang disambut tepuk tangan meriah.

Antusiasme masyarakat Surabaya terhadap isu demokrasi dan meritokrasi terbukti dengan membludaknya jumlah pendaftar yang mencapai 2.000 orang, jauh melampaui kapasitas ruangan yang hanya 700 orang.


Halaman:

Komentar