MURIANETWORK.COM - Ada dua alasan kenapa Prabowo repot-repot undang para tetua ormas Islam ke Hambalang.
Alasan pertama, jelas: biar demo nggak kelewat brutal. Para tokoh agama diposisikan sebagai Adem Sari untuk meredakan panas masyarakat.
Jadi mungkin maunya Prabowo itu rakyat yang sudah ngamuk karena pajak dan tunjangan pejabat, cukup dikasih siraman rohani, langsung adem.
Alih-alih meredakan keresahan, justru kesannya suara kritis rakyat malah digembosi para elit ormas.
Padahal ini bukan konflik sektarian atau pertikaian horizontal antarwarga.
Rakyat ngamuk ya karena kebijakan ngawur, bukan karena beda agama atau ideologi. Jadi kalau mengandalkan wejangan, itu nggak make sense sih menurutku.
Yang ada, justru kelihatan salah alamat. Rakyat maunya keadilan, tapi yang diundang malah penyuluh moral.
Mungkin berharap massa yang ngamuk itu mendadak tobat massal. Sayangnya, ini bukan sinetron, Pak. Kalau tuntutan rakyat nggak dituntaskan, ya massa tetap turun.
Panggil seribu ustaz pun, kalau tunjangan pejabat dan pajak rakyat masih begini-gini aja, rakyat tetap marah. Sejarah Islam menunjukkan legitimasi agama saja tidak cukup.
Keadilan adalah fondasi dan kalau fondasi ini roboh, rakyat akan melawan, meskipun lawannya penguasa yang mengaku membawa panji-panji agama.
Alasan kedua, mungkin Prabowo bener-bener pengen dapat masukan. Ingin tahu harus bagaimana menghadapi situasi panas ini. Tapi lagi-lagi, salah alamat.
Masalah yang bikin rakyat meledak bukan berangkat dari kantor ormas. Ini muncul dari keresahan sehari-hari masyarakat dan gerakannya sangat organik.
Artikel Terkait
Luhut Buka Suara Soal Family Office & Utang Kereta Cepat: Siapa yang Sebenarnya Minta APBN?
Uang Pemerintah Numpuk Rp285,6 T di Deposito, Ini Pihak yang Nikmati Bunganya!
Nikita Mirzani Terancam 11 Tahun Penjara, Gugatan Rp 224 Miliar ke Reza Gladys Gagal?
TERUNGKAP! 7 Fakta Mengerikan di Balik Pengakuan Pelaku Bunuh Wanita Hamil di Hotel, No. 5 Bikin Merinding!