Langka! Eks Pimpinan KPK: Belum Pernah Ada Terpidana Korupsi Dihormati Seperti Tom Lembong

- Sabtu, 19 Juli 2025 | 16:55 WIB
Langka! Eks Pimpinan KPK: Belum Pernah Ada Terpidana Korupsi Dihormati Seperti Tom Lembong


Vonis 4,5 tahun penjara yang dijatuhkan majelis hakim Pengadilan Tipikor Jakarta kepada mantan Mendag, Thomas Trikasih Lembong alias Tom Lembong kekinian menjadi perdebatan di tengah publik. Bahkan, sejumlah publik figur hingga tokoh seperti Anies Baswedan merasa kecewa atas putusan hakim yang menyatakan Tom Lembong bersalah dalam kasus dugaan importasi gula mentah.

Di tengah sorotan publik, mantan Wakil Ketua KPK, Laode M Syarif ikut bersuara usai Tom Lembong divonis 4,5 tahun penjara. Lewat unggahan di akun X pribadinya itu, Laode justru memuji sosok Tom Lembong karena dianggap masih dihormati meski telah dijatuhi hukuman pidana oleh pengadilan.

"Belum pernah ada “terpidana kasus korupsi” di negeri ini yang DIHORMATI seperti @tomlembong," tulis Laode dilihat pada Sabtu (19/7/2025).
Dalam cuitannya, Laode juga kembali mengungggah foto Tom Lembong yang mengenakan rompi tahanan Kejagung berwarna pink. Berdasar foto hasil jepretan fotografer dari salah satu media arus utama, Tom Lembong terlihat berada di tengah-tengah kerumunan wartawan sambil menegadahkan kepala dan mengapitkan kedua tangannya ke sorotan arah kamera.

Dalam foto itu, terlihat juga Anies dan sejumlah tokoh seperti pegiat sosial Said Didu hingga mantan Wakil Ketua KPK, Saut Situmorang mengawal Tom Lembong usai menjalani sidang vonis.

Cuitan Laode yang memuji Tom Lembong itu sontak membuat para netizen ikut tersentak. Cuitan Laode pun turut ditanggapi oleh Aida Greenbury, putri mantan Dekan Fakultas Kehutanan UGM, Profesor Achmad Sumitro.

"Why everything is the other way around in this country?" tanya Aida.

Laode hanya memberikan emoji menangis saat merespons komentar Aida Grenbury.

Sebelumnya, Anies secara terang-terangan kecewa soal vonis 4,5 tahun penjara yang dijatuhkan hakim kepada Tom Lembong. Kekecewaan itu diluapkan Anies Baswedan dalam unggahan di akun X pribadinya.

Anies Luapkan Kekecewaan

Diketahui, Anies memang kerap menyaksikan langsung persidangan Tom Lembong dalam sidang dugaan korupsi importasi gula mentah di Kemendag. Bahkan, dalam sidang putusan yang digelar di Pengadilan Tipikor Jakarta pada Jumat (18/7/2025) kemarin, Anies sempat mengulangkan waktunya untuk mendampingi Tom Lembong.

"Hari ini, Tom divonis 4,5 tahun penjara. Keputusan yang amat mengecewakan bagi siapa pun yang mengikuti jalannya persidangan dengan akal sehat, meski sayangnya tidak mengejutkan," tulis Anies dipantau pada Sabtu (19/7/2025).

Dalam unggahannya itu, Anies menyebut jika banyak sederet fakta selama persidangan Tom Lembong yang diabaikan. Anies juga mengungkap soal adanya kejanggalan dalam kasus yang menjerat mantan Menteri Perdagangan (Mendag) itu.

Selama proses berjalan, berbagai laporan jurnalistik independen dan analisis para ahli telah mengungkap kejanggalan demi kejanggalan dalam dakwaan. Fakta-fakta di ruang sidang justru memperkuat posisi Tom, tapi semua itu diabaikan. Seolah-olah 23 sidang yang telah digelar sebelumnya tak pernah ada. Seolah-olah bukti dan logika tak diberi ruang dalam proses peradilan," bebernya.

Lantaran menganggap praktik penegakan hukum yang masih semena-mena, Anies pun merasa siapa saja bisa dijebloskan ke penjara seperti yang kini dialami oleh Tom Lembong.

"Jika kasus sejelas ini saja bisa berujung pada hukuman penjara, jika seseorang seperti Tom yang dikenal dan terbukti integritasnya di pengadilan, terbuka dan disorot publik perkaranya, masih bisa dihukum semena-mena, maka bayangkan nasib berjuta lainnya yang tak punya akses, sorotan, atau kekuatan serupa," ujarnya.

Lebih lanjut, Anies juga menganggap jika vonis 4,5 tahun bui yang dijatuhkan kepada Tom menandakan masih sulitnya warga untuk mendapatkan keadilan. Dia pun menyinggung soal kredibilitas peradilan yang kini dianggap sudah runtuh.

"Vonis hari ini adalah penanda bahwa keadilan di negeri ini masih jauh dari selesai. Demokrasi belum kokoh berdiri. Kita dihadapkan pada keraguan mendasar tentang kredibilitas sistem hukum, dan tentang keberanian negara menegakkan kebenaran. Ketika kepercayaan terhadap proses peradilan runtuh, maka fondasi negara ikut rapuh," ungkapnya.

Divonis 4,5 Tahun Bui

Sebelumnya, Pengadilan Tipikor Jakarta pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat menyatakan eks Menteri Perdagangan Thomas Trikasih Lembong alias Tom Lembong bersalah dalam kasus dugaan korupsi pada importasi gula kristal mentah.

Majelis hakim menyatakan, Tom Lembong terbukti secara sah dan meyakinkan melakukan tindak pidana korupsi secara bersama-sama dalam kegiatan importasi gula.

Untuk itu, Majelis Hakim menjatuhkan hukuman berupa pidana penjara selama 4 tahun dan 6 bulan.

"Menjatuhkan pidana kepada terdakwa Thomas Trikasih Lembong oleh karena itu dengan pidana penjara 4 tahun dan enam bulan," kata Ketua Majelis Hakim Dennis Arsan Fatrika di Pengadilan Tipikor Jakarta pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Jumat kemarin.

Selain itu, Tom Lembong juga dihukum membayar denda sebesar Rp 750 juta dengan ketentuan bila tidak dibayar, maka akan diganti dengan kurungan badan selama 6 bulan.

Hukuman yang dijatuhkan Majelis Hakim ini lebih ringan dari tuntutan jaksa penuntut umum (JPU) dari Kejaksaan Agung, yaitu pidana penjara selama tujuh tahun kepada Tom Lembong.

Dakwaan Kasus Tom Lembong

Sekadar informasi, Tom Lembong didakwa merugikan keuangan negara sebanyak Rp 515,4 miliar (Rp 515.408.740.970,36) dalam kasus dugaan korupsi impor gula pada 2015-2016.

Jaksa menjelaskan angka tersebut merupakan bagian dari total kerugian keuangan negara akibat perkara ini yang mencapai Rp 578,1 miliar (Rp 578.105.411.622,47) berdasarkan laporan hasil audit penghitungan kerugian keuangan negara atas dugaan tindak pidana korupsi dalam kegiatan importasi gula di Kementerian Perdagangan Tahun 2015-2016 Nomor PE.03/R/S-51/D5/01/2025 tanggal 20 Januari 2025 dari Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Republik Indonesia (BPKP RI).

Sumber: suara
Foto: Kolase Laode M Syarif - Tom Lembong (Tangkapan layar/ist)

Komentar