Pengamat komunikasi politik Effendi Gazali, juga pernah menyampaikan bahwa survei telah berubah dari alat ilmiah menjadi alat legitimasi politik. “Jangan-jangan yang dikutip bukan kebenaran statistik, tapi kebenaran pesanan,” katanya dalam diskusi publik.
Fenomena ini menurut banyak pihak justru merugikan demokrasi. Ketika lembaga survei tidak lagi berdiri di atas prinsip objektivitas dan netralitas, maka publik tidak lagi mendapat informasi jernih untuk mengambil keputusan politik. Bahkan, hasil survei bisa menjadi alat untuk menggiring opini massa, menciptakan efek “ikut pemenang” (bandwagon effect), dan menekan calon alternatif.
Dalam konteks itu, sindiran Adhie Massardi menjadi pengingat akan pentingnya integritas dalam dunia riset opini publik. Sebab jika survei berubah menjadi alat propaganda, maka demokrasi akan berjalan tanpa kompas.
Sebagai juru bicara Gus Dur, Adhie Massardi kerap melanjutkan warisan pemikiran presiden ke-4 RI tersebut dalam mempertahankan independensi nalar publik. Gus Dur dikenal sebagai pemimpin yang tidak mudah tunduk pada opini mayoritas yang digiring oleh media atau survei, melainkan teguh pada prinsip dan visi moralnya.
“Rakyat itu harus cerdas. Jangan mau dibodohi oleh angka-angka survei yang tidak jelas sumber dan metodologinya. Lebih baik percaya pada akal sehat dan rekam jejak para calon pemimpin,” tutup Adhie.
Sumber: suaranasional
Foto: Adhie Massardi (IST)
Artikel Terkait
KPI Didesak Tindak Trans7, Ini Fakta di Balik Video Kiai dan Amplop yang Bikin Geger!
KPI Didesak Tindak Trans7, Ada Adegan Kiai Terima Amplop yang Bikin Geger!
Kerry Adrianto Cs Didakwa Rugikan Negara Rp 285 Triliun, Ini Modus yang Dituduhkan
Luhut Mau Pakai APBN untuk Family Office? Purbaya Berang: Bikin Sendiri Saja!