Siapa Dedy Nur Palakka? Sebut Jokowi Layak jadi Nabi, Jejak Digitalnya Sebut Tuhan Umat Muslim Hanya Angan-angan

- Rabu, 11 Juni 2025 | 20:20 WIB
Siapa Dedy Nur Palakka? Sebut Jokowi Layak jadi Nabi, Jejak Digitalnya Sebut Tuhan Umat Muslim Hanya Angan-angan


MURIANETWORK.COM -
Jejak digital kader Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Dedy Nur Palakka dikuliti menyusul pernyataan kontroversialnya tentang mantan Presiden Joko Widodo alias Jokowi.

Sebelumnya, Ketua Biro Ideologi dan Kaderisasi DPW PSI Bali itu membuat geger jagat media sosial setelah menyebut Jokowi memenuhi syarat untuk menjadi nabi.

Cuitannya di platform X pada Senin, 9 Juni 2025 sontak menuai gelombang kecaman dari berbagai kalangan, termasuk pengamat politik dan aktivis media sosial.

Dalam cuitan tersebut, Dedy menulis, "Jadi nabi pun sebenarnya beliau ini sudah memenuhi syarat, cuman sepertinya beliau menikmati menjadi manusia biasa dengan senyum selalu lebar ketika bertemu dengan rakyat."

Kalimat ini disampaikannya sebagai respons terhadap komentar seorang netizen yang mengaku kesal setiap kali melihat wajah Jokowi.

Dedy bermaksud menyampaikan pujian bahwa Jokowi adalah sosok yang hangat, merakyat, dan sulit dijatuhkan oleh lawan politiknya.

Namun, pernyataan itu dianggap terlalu berlebihan, bahkan ada yang menyebutnya sebagai bentuk penistaan agama.

Sejumlah tokoh publik turut memberikan tanggapan keras, menilai bahwa Dedy telah melampaui batas dalam mengkultuskan seorang tokoh politik.

Lebih lanjut, pernyataan tersebut memicu warganet untuk menelusuri rekam jejak digital Dedy.

Salah satu yang paling menjadi sorotan adalah cuitan lama Dedy yang dianggap meragukan eksistensi Tuhan dalam konteks kepercayaan Islam.

"Allah yang selama ini dipercaya sebagai Tuhan oleh umat muslim sebenarnya cuman 'angan-angan' yang sama ketika nabi akhir zaman juga pertama kali membangung angan-angan," bunyi cuitan yang dibuat pada 24 Juni 2022.

Cuitan tersebut kembali viral dan membuat banyak netizen mempertanyakan integritas keagamaan Dedy.

"Ternyata sebelum menjilat dan menyetarakan Jokowi sebagai nabi, @DedynurPalakka punya 'jejak genital' cuitan bernada tak percaya pada keberadaan Allah-nya Muslimin," tulis akun @KangSemproel.

"Cuitan lama yang sekarang mungkin sudah dihapus. Wajarlah jika netizen X jadi bertanya-tanya soal agama dia," lanjutnya.

Tak hanya itu, akun tersebut juga menyinggung nama Dedy yang mengandung kata "Nur", yang dalam konteks Islam berkaitan erat dengan sifat Tuhan sebagai cahaya langit dan bumi.

Bahkan nama "Palakka" turut disentil karena mengingatkan pada sejarah bangsawan Kerajaan Bone yang pernah bersekutu dengan Belanda dalam menghadapi Sultan Hasanuddin dari Kerajaan Gowa.

Terkait klaim Jokowi layak menjadi nabi, Dedy telah memberikan klarifikasi bahwa penyebutan "nabi" dalam cuitannya tidak dimaksudkan secara literal.

Dia mengaku tidak sedang membandingkan Jokowi dengan para nabi dalam agama manapun, melainkan sekadar ingin menyoroti sifat-sifat baik Jokowi yang dirasanya layak diteladani.

Meski demikian, klarifikasi tersebut belum cukup untuk meredakan amarah publik. Tidak sedikit yang merasa Dedy melakukan penistaan agama.

Banyak netizen tetap menilai bahwa penyamaan sosok manusia biasa dengan nabi, apalagi dalam konteks politik, adalah tindakan yang tidak pantas.

Terlebih lagi, latar belakang cuitan lama Dedy yang bernada ateistik membuat persepsi negatif terhadapnya semakin menguat.

Dedy Nur Palakka sendiri dikenal sebagai sosok yang memiliki latar belakang pendidikan tinggi.

Dia merupakan alumni Hiroshima University di Jepang, tempat dia meraih gelar Master dan Doktor di bidang teknik.

Dedy juga memiliki pengalaman Internasional sebagai Head Chef di sebuah restoran di Chicago, Amerika Serikat, sebelum bergabung aktif di dunia politik bersama PSI.

Tertulis di akun media sosialnya, Dedy kini menjabat sebagai Ketua Biro Ideologi dan Kaderisasi DPW PSI Bali, 

Pada Pemilu 2024, Dedy sempat mencalonkan diri sebagai calon anggota legislatif (caleg) DPR RI dari daerah pemilihan Bali, meskipun tidak berhasil melaju ke Senayan.

Dengan kasus ini, citra PSI kembali dipertanyakan, mengingat partai ini kerap kali mengusung nilai-nilai pluralisme dan rasionalitas.

Sumber: suara

Komentar