Cerita Cak Nun Soal Soeharto Lengser: Di Balik 21 Mei 1998 Yang Tak Semua Orang Tahu

- Sabtu, 17 Mei 2025 | 13:35 WIB
Cerita Cak Nun Soal Soeharto Lengser: Di Balik 21 Mei 1998 Yang Tak Semua Orang Tahu


MURIANETWORK.COM - 21 Mei 1998 menjadi hari yang tak terlupakan dalam sejarah Indonesia. 


Pada tanggal itulah Presiden Soeharto resmi menyatakan mundur dari jabatannya setelah memimpin Indonesia selama 32 tahun. 


Namun, di balik peristiwa monumental itu, tersimpan cerita-cerita penting dari tokoh-tokoh bangsa, salah satunya Emha Ainun Nadjib, atau yang akrab disapa Cak Nun.


Dalam berbagai forum diskusi, ceramah, hingga wawancara, Cak Nun pernah membagikan pengalamannya terlibat secara tidak langsung dalam momen transisi kekuasaan paling dramatis dalam sejarah Indonesia modern. 


Cerita itu tidak hanya menggambarkan situasi politik kala itu, tetapi juga menyingkap sisi kemanusiaan dari seorang Soeharto, serta bagaimana dinamika elite dan rakyat berjalan dalam ketegangan.


Ketika Bangsa di Ujung Tanduk, Cak Nun Jadi Penengah


Menjelang kejatuhan Soeharto, Indonesia berada dalam situasi krisis multidimensi: ekonomi runtuh akibat krisis moneter Asia 1997, gejolak sosial meluas, kerusuhan pecah di berbagai kota, dan mahasiswa menduduki gedung DPR/MPR. 


Dalam suasana genting itulah, Cak Nun bersama sejumlah tokoh sipil dan tokoh agama diminta menjadi jembatan komunikasi antara rakyat dan pemerintah.


Dalam kesaksiannya, Cak Nun mengungkap bahwa ia dihubungi oleh orang-orang dekat istana untuk membantu menenangkan suasana, sekaligus menyampaikan pesan-pesan dari pihak elite kepada masyarakat agar tidak bertindak anarkis. 


Namun, sebagai seorang budayawan dan intelektual rakyat, Cak Nun juga berdiri bersama mahasiswa dan masyarakat sipil, menolak kekerasan dan mendorong transisi damai.


“Waktu itu saya bukan bagian dari istana, tapi saya juga tidak menolak kalau diminta bicara dengan siapa pun. Saya ingin negara ini selamat,” ujar Cak Nun dalam salah satu forum Maiyah yang pernah digelar pada peringatan Reformasi.


Soeharto Ingin Bertahan, Tapi Rakyat Sudah Lelah


Cak Nun juga membagikan cerita bahwa beberapa jam sebelum Soeharto benar-benar lengser, ada upaya dari pihak istana untuk mencari jalan keluar agar sang Presiden bisa tetap bertahan. 


Salah satu usulan yang sempat muncul adalah membentuk Dewan Reformasi atau kabinet transisi, dengan Soeharto tetap sebagai presiden sementara.


Namun, menurut Cak Nun, “itu sudah terlambat. Rakyat sudah kehilangan kepercayaan, mahasiswa sudah menempati DPR, dan TNI pun sudah memberi sinyal tidak akan lagi membela kekuasaan.”


Yang menarik, Cak Nun juga menyebut bahwa Soeharto bukan tidak tahu situasi. 



Halaman:

Komentar