Denpasar, Rabu malam (31/12/2025), udara terasa hangat oleh semangat. Di atas panggung, gerakan gemulai dan irama musik menyatu. Ini bukan sekadar pertunjukan biasa. Para penari dari berbagai etnis itu sedang mempersembahkan "Bhinneka Nusantara", sebuah mahakarya yang menjadi bagian dari acara 'Melepas Matahari Tahun 2025'.
Ratusan penari terlibat. Mereka bukan cuma menari, tapi juga merajut harmoni. Lewat tarian, lewat bahasa, dan lewat keyakinan yang berbeda-beda, mereka menunjukkan sebuah mozaik indah bernama Indonesia. Inagurasi seni akhir tahun ini, pada intinya, adalah sebuah ikhtiar untuk merawat persatuan.
Namun begitu, perhelatan itu punya sisi lain yang lebih mengharu biru. Sebelum gegap gempita menyambut tahun baru 2026, suasana hening sejenak menyergap. Para peserta bersama-sama melaksanakan doa lintas agama. Doa itu dipanjatkan khusus bagi para korban bencana yang melanda Sumatera beberapa waktu lalu. Sebuah momen refleksi di tengah euforia.
Jadi, acara ini seperti dua sisi mata uang. Di satu sisi, ia adalah pesta seni dan budaya yang meriah. Di sisi lain, ia juga menjadi ruang hening untuk berempati dan mengingat mereka yang sedang berduka. Sebuah cara yang cukup manusiawi untuk mengakhiri satu tahun dan menyongsong tahun berikutnya.
Artikel Terkait
Sinyal Cinta Kunang-Kunang: Pesona, Ancaman, dan Harapan di Tengah Gelap
Prabowo Awali 2026 di Tenda Pengungsi, Serukan Gotong Royong Hadapi Bencana
Dari Tokyo Hingga Dubai: Kemeriahan Malam Pergantian Tahun 2026 di Berbagai Penjuru Dunia
Malam Tahun Baru di Aceh Tamiang Berubah Jadi Malam Waspada Banjir