Ketika Keluhan Terasa Berat, Coba Duduk di Kursi Orang Lain

- Jumat, 26 Desember 2025 | 16:25 WIB
Ketika Keluhan Terasa Berat, Coba Duduk di Kursi Orang Lain

Oleh: Muhibbullah Azfa Manik"

Catnya mengelupas. Papan iklan di belakangnya sudah pudar. Di sebuah halte tua di pinggiran kota, Rahman duduk sendiri di kursi besi yang dingin. Baru saja ia selesai mengeluh tentang hidup yang serba kurang, tentang pekerjaan yang tak kunjung usai.

Ponselnya masih menyala. Di layar, ada sebuah kutipan singkat: “Harta yang kurang, coba duduk dengan yang miskin.” Rahman cuma mengernyit. Rasanya klise banget. Terlalu mudah diucapkan, terlalu sering didengar.

Tapi sore itu, kata-kata itu kok nggak mau hilang dari pikirannya.

Di sebelahnya, seorang lelaki tua dengan tas plastik lusuh duduk diam. Ia menatap jalan, tak bersuara. Rahman melirik jam tangannya, lalu pandangannya tertuju pada tas plastik itu. Isinya ringan, mungkin cuma baju dan sebungkus nasi. Dalam sekejap, keluhannya sendiri tiba-tiba terasa janggal. Kekurangan itu ternyata selalu relatif. Di kursi yang sama, beban hidup bisa beda beratnya.

Ungkapan itu punya kelanjutan: “Kerjaan yang menumpuk, coba duduk dengan yang tak punya kerjaan.” Benar saja. Esoknya, Rahman ketemu Dedi, tetangganya yang sudah menganggur berbulan-bulan. Dedi nggak cerita soal deadline atau rapat. Ia bercerita tentang menunggu. Pagi yang terasa panjang sekali, dan malam yang sunyi. Tentang perasaan nggak dibutuhkan.

Mendengar itu, tumpukan pekerjaan Rahman justru terasa seperti sebuah keistimewaan. Sebuah tanda bahwa dirinya masih punya tempat. Ironis, kan? Kita sering mengutuk kesibukan, tapi lupa bahwa kekosongan juga bisa menyakitkan.

Kisah lain datang dari Maya, seorang ibu dengan dua balita. Ia kerap mengeluh tentang anak-anaknya yang sulit diatur ribut, keras kepala, melelahkan. Suatu hari di klinik, ia duduk di samping seorang perempuan yang datang sendirian.

Perempuan itu tersenyum lembut melihat anak-anak Maya berlarian. "Saya tidak punya anak," katanya pelan.

Maya langsung terdiam. Ungkapan itu kembali terngiang: “Anak yang susah diatur, coba duduk dengan orang yang tidak mempunyai anak.” Bukan berarti keluhannya nggak valid. Cuma, sudut pandang yang berbeda seringkali bisa mengubah ukuran sebuah masalah.


Halaman:

Komentar