Faktanya, tak ada seorang pun yang bisa menyebut ijazah seseorang palsu, termasuk RRT, kalau dokumen itu memang asli. Penelitian secanggih apa pun takkan bisa memutarbalikkan fakta itu. Jokowi harusnya sadar, kecurigaan publik terhadap ijazahnya justru bersumber dari dirinya sendiri. Misalnya soal Pak Kasmudjo, IPK di bawah 2, atau foto yang terlihat aneh.
Terus terang, ide pemaafan dari Jokowi ini terasa terlambat. Proses hukum sudah berjalan sedemikian jauh. Kecuali dan ini penting jika pemaafan itu dibarengi dengan pencabutan laporan polisi, serta kesediaan membuka ijazah tersebut secara sukarela. Biarkan siapa pun yang ingin menguji, mengujinya. Percayalah, yang asli akan tetap asli. Begitu pula sebaliknya. RRT takkan sanggup memutarbalikkan fakta.
Karena itu, wajar kalau orang malah curiga. Ide pemaafan yang terlambat ini dianggap sebagai strategi untuk menutupi kebenaran seputar ijazah tersebut.
Bayangkan saja. Ijazah yang asli saja sudah sulit dipercaya, apalagi kalau ternyata palsu.
Semua ini akibat permainan politik yang justru dibuat oleh Jokowi sendiri. Ironisnya, dia malah menuduh pihak lain yang memainkannya.
Lalu, siapa yang seharusnya kita percaya?
(")
Artikel Terkait
Habib Rizieq Sindir Pembisik Istana, Desak Prabowo Tetapkan Bencana Nasional
Burhanuddin Guncang Peta Kejaksaan, 68 Pejabat Kena Mutasi
Pemilik DA Club 41 Bantah Pelanggaran, Sebut Penyegelan Sepihak dan Intimidasi
Jokowi dan Ijazah yang Tak Kunjung Usai: Pemaafan atau Pengalihan?