Program Makan Bergizi Gratis (MBG) dari Badan Gizi Nasional lagi-lagi jadi sorotan. Kali ini, karena rencana menjalankannya penuh di musim libur sekolah dan Natal. Bagi Celios (Center of Economic and Law Studies), langkah ini terasa janggal. Kenapa tidak dihentikan sementara saja untuk evaluasi?
Nailul Huda, Direktur Ekonomi Celios, tak habis pikir. Program yang sudah setahun berjalan ini memang kerap bermasalah. Mulai dari makanan basi sampai soal kecukupan gizinya yang dipertanyakan. "Masa libur sekolah seharusnya jadi waktu evaluasi," ujarnya. Tapi yang terjadi justru sebaliknya.
Dalam keterangan tertulisnya Selasa lalu, Nailul menyoroti hal yang lebih mendesak.
Angkanya pun tak main-main. Per Desember 2025, sudah ada 17.555 Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) yang beroperasi. Bayangkan, kalau masing-masing menyediakan 3.000 porsi per hari, maka ada 526,65 juta porsi yang harus disiapkan selama liburan. Dengan harga rata-rata Rp15 ribu per porsi, nilai proyek ini mencapai Rp7,9 triliun. Uang rakyat, tentu saja.
Nailul mempertanyakan prioritas. Di saat Aceh, Sumatera Barat, dan Sumatera Utara sedang berjuang menghadapi bencana, apakah tidak lebih baik dana dialihkan ke sana?
Menurutnya, sebetulnya tidak berat bagi pemerintah untuk menghentikan sementara MBG. Kecuali, ada kepentingan lain di baliknya. Ia menduga ada pemain dan kroni yang sedang mencari keuntungan dari pemaksaan program ini di libur panjang.
Artikel Terkait
DPR Siapkan Payung Hukum untuk Jemaah Haji Korban Bencana
Tifa dan Tarian Kamoro Sambut Dandim Baru di Mimika
Rakit Pelepah Pisang dan Perjuangan 24 Jam Evakuasi Ibu Hamil di Tengah Banjir Bandang Aceh
Bupati Sintang Rayakan Natal di Balik Jeruji, Berbagi Harapan dengan Warga Binaan