Isu lingkungan juga nggak boleh dilupakan. Banjir, cuaca ekstrem, krisis air ini bukan sekadar musibah yang datang tiba-tiba. Ini konsekuensi. Akibat dari tata kelola yang abai dan perencanaan yang buruk. Setiap bencana biasanya cuma direspons dengan langkah darurat. Sementara akar masalahnya, seperti alih fungsi lahan serampangan atau penegakan hukum yang lemah, dibiarkan berlarut-larut. Menutup tahun tanpa evaluasi yang jujur di sektor ini sama saja dengan menabung masalah untuk masa depan. Dan bunganya pasti lebih mahal.
Tapi, editorial ini bukan ajakan untuk pesimis. Justru sebaliknya. Refleksi yang jujur adalah modal dasar untuk perbaikan. Pemerintah perlu menggeser fokusnya. Dari sekadar mengejar capaian administratif, beralih ke dampak yang benar-benar dirasakan. Evaluasi kebijakan harus melibatkan suara warga, bukan cuma mengandalkan indikator internal. Transparansi juga bukan cuma soal membuka data, tapi juga kesiapan untuk mengakui jika ada yang keliru.
Bagi masyarakat sipil dan media, peran pengawasan tetap krusial. Kritik yang disampaikan dengan data dan empati akan jauh lebih konstruktif ketimbang sekadar sinisme. Publik pun punya tanggung jawab untuk terlibat aktif, bukan cuma mengeluh di belakang layar. Partisipasi dalam proses demokrasi mulai dari diskusi publik hingga pemilihan adalah cara konkrit untuk memastikan kebijakan tidak melenceng dari kebutuhan riil.
Jadi, menutup tahun ini seharusnya jadi momen untuk kejujuran kolektif. Kita tidak butuh janji baru yang lebih bombastis. Yang kita perlukan adalah komitmen yang lebih konsisten. Tidak perlu jargon-jargon tambahan, tapi keberanian untuk memperbaiki hal-hal yang selama ini belum berjalan. Kalau ada pelajaran dari tahun ini, itu adalah bahwa stabilitas dan kemajuan tidak akan pernah bisa dibangun di atas jurang pemisah antara kata-kata dan kenyataan.
Tahun depan pasti datang dengan tantangannya sendiri. Pertanyaannya bukan lagi apakah kita siap dengan slogan anyar, tapi apakah kita mau belajar dari pengalaman. Editorial ini mengajak semua pihak pemerintah, pelaku usaha, media, dan warga untuk menjadikan refleksi akhir tahun sebagai sebuah titik balik. Karena, kejujuran adalah langkah pertama menuju kebijakan yang benar-benar berpihak pada publik.
(ed/jaksat-ata)
Artikel Terkait
Fadli Zon Pastikan Revitalisasi Gedung Sarekat Islam Semarang Dimulai 2026
Detak Jantung dan Segel Map: Saat Ijazah Jokowi Akhirnya Terbuka di Ruang Gelar Perkara
BSI Salurkan Rp245 Juta untuk Dukung Pendidikan Anak Asuh di Bogor
BI Jatim Salurkan Bantuan Kendaraan untuk Pesantren hingga Sekolah