Kalender Hijriah punya enam bulan, dan yang keenam itu namanya Jumadil Akhir. Kalau ditelisik, namanya unik banget. "Jumada" dalam bahasa Arab artinya beku atau keras. Kok bisa bulan di gurun pasir dinamain dari fenomena beku, ya? Ternyata, ini berkait erat dengan cara bangsa Arab kuno menamai bulan-bulan mereka, yang selalu disesuaikan dengan musim yang sedang berlangsung.
Dari Kata "Beku" Hingga Jadi Nama Bulan
Ibnu Manzhur, lewat kitab Lisan al-Arabnya, ngasih penjelasan yang menarik. Kata dia, bangsa Arab zaman dulu menamai bulan-bulan ini berdasarkan kondisi alam yang mereka alami. Nah, saat bulan Jumadil Awal dan Akhir berlangsung, itu adalah puncak musim dingin. Dinginnya bukan main, sampai-sampai air di cekungan atau bejana bisa membeku. Fenomena air beku ini dalam bahasa Arab disebut Jamadul Ma'. Dari situlah asal muasal namanya.
Jadi, meski sekarang kita bayangkan Arab itu panas terik, dulu di periode tertentu suhunya bisa sangat ekstrem. Nama "Jumadil" itu seperti penanda waktu, pengingat akan bulan-bulan yang menusuk tulang itu.
Alasan di Balik Dua "Jumadil"
Lalu, kenapa ada dua? Jumadil Awal dan Akhir? Rupanya, musim dingin saat itu berlangsung cukup lama, nggak cuma satu bulan. Bangsa Arab lalu membaginya jadi dua: Jumadal Ula (kebekuan pertama) dan Jumadal Tsani atau Akhirah (kebekuan kedua atau terakhir).
Di sisi lain, pola "berpasangan" ini sebenarnya sudah jadi ciri khas kalender Arab. Ambil contoh Musim Semi (Rabi'), yang juga punya Rabiul Awal dan Rabiul Akhir. Jadi, pembagian dua bulan untuk satu musim itu sudah biasa mereka lakukan.
Artikel Terkait
Motherland: Goresan Rindu untuk Ibu dan Negeri dalam Pameran Bambang Asrini
Indonesia: Raksasa Geografis yang Terjebak dalam Ekonomi Bernilai Rendah
Miliaran Dolar Mengalir ke Israel, Sementara Gaza Masih Berdarah
Pilot Kunci Kokpit di Mexico City, Protes Gaji Tertunda Lima Bulan