Di sisi lain, sikap pemerintah Indonesia menciptakan tanda tanya besar. Bagi negara-negara Timur Tengah, kebutuhan di lapangan terlihat sangat mendesak. Dan bantuan yang mereka tawarkan, dalam pandangan mereka, murni datang dari rasa persahabatan, tanpa embel-embel syarat politik atau agenda strategis terselubung.
Dr. Muhammad Zulfikar Rakhmat, Direktur Desk Indonesia-MENA di CELIOS Jakarta, mencoba membaca situasi ini. Ia melihat negara-negara MENA bertindak atas dasar belas kasih dan solidaritas keagamaan.
"Tawaran bantuan tersebut merupakan perwujudan dari keyakinan dan kemanusiaan bersama," tulisnya dalam sebuah opini.
Lebih lanjut ia menyoroti, "Keengganan Pemerintah Indonesia menciptakan jarak ketidaknyamanan antara niat baik yang tulus dari kawasan tersebut dan perhitungan politik Jakarta yang berorientasi ke dalam negeri."
Jadi, di satu sisi ada tumpukan puing dan duka yang membutuhkan uluran tangan secepatnya. Di sisi lain, ada kebijakan yang berangkat dari keyakinan akan kemandirian, yang justru diterjemahkan berbeda oleh para sahabat yang ingin membantu.
Artikel Terkait
Menggugat Narasi Pembisuan: Mengapa Muslim Tak Boleh Diam Saat Penguasa Zalim Berkuasa?
Gotong Royong PMI-DMI Bersihkan Masjid Terendam Banjir Aceh Utara
Enam Polwan Pimpin Kapolres, Polri Perkuat Perlindungan Perempuan dan Anak
Kaki Terjebak Jeruji Besi, Damkar Bogor Selamatkan Ibu di Tepi Jalan