"Masyarakat di sini inisiatif karena melihat orang-orang kelurahan ini tidak beres. Mereka kompak bawa ibu kami ini naik bentor," ucap Emmi.
Ironisnya, sesampai di sana, petugas justru meminta Wahbah tetap di kendaraan. Mereka berjanji akan mengantarkan bantuan ke rumahnya.
"Pak Lurah bilang nanti kita kunjungan ke sana. Saya balas, Pak sudah heboh begini baru mau kunjungan. Sudah datang ini orang sakit karena bapak tidak percaya dia sakit," tutur Emmi.
Akhirnya, nenek itu pun mendapat bantuan yang diperjuangkannya: 20 kilogram beras dan 4 liter minyak. Pihak kelurahan juga meminta maaf atas kejadian itu.
Di sisi lain, Lurah Maricaya Baru, Budianto, punya penjelasan lain. Ia menyebut semua ini bermula dari miskomunikasi belaka.
"Saya sebagai lurah klarifikasi bahwa itu murni miskomunikasi. Kesalahpahaman antara pihak penerima bantuan dan staf di sini," kata Budianto.
Namun, penjelasan itu tentu tak menghapus bayangan pilu seorang nenek yang harus digotong hanya untuk mendapatkan haknya yang paling dasar.
Artikel Terkait
PAM JAYA Raih Penghargaan Transparansi, Target 100% Air Bersih Jakarta Dipercepat
Ketika Dukun Berjubah Ustadz Lebih Dimuliakan daripada Ulama yang Nyata
PAM JAYA Raih Penghargaan, Target 100% Cakupan Air Bersih Dikejar dengan Keterbukaan
Tito Beberkan Aliran Dana dan Bantuan Nyata untuk Korban Bencana Sumatera