Gambar itu menyayat hati: seorang nenek renta digotong keluarganya melewati gang sempat di Makassar. Tujuannya cuma satu, kantor lurah. Nenek Wahbah, 85 tahun, sudah tak sanggup lagi berjalan. Sehari-hari, ia lebih banyak terbaring lemah di atas kasurnya di rumah di Jalan Inspeksi Kanal Monginsidi Baru.
Perjuangan yang melelahkan itu, semua demi dua karung beras dan sedikit minyak goreng. Bantuan pemerintah yang seharusnya meringankan, justru memaksanya keluar rumah dalam kondisi paling lemah. Tak heran, cerita ini langsung ramai dibicarakan di media sosial.
Setelah digotong ke jalan besar, Wahbah lalu dinaikkan ke becak motor. Barulah ia dibawa ke kantor Kelurahan Maricaya Baru.
Menurut penuturan anak menantunya, Emmi (65), Wahbah sebenarnya penerima bantuan yang sah. Biasanya, ia bisa datang sendiri.
"Iya, ibu mertua saya penerima bantuan dari pemerintah," kata Emmi kepada wartawan, Kamis lalu.
Namun belakangan, kesehatannya makin memburuk. Berjalan pun tak bisa. Keluarga sempat coba mengatasinya dengan meminta tolong kerabat untuk mengambilkan bantuan itu.
"Awalnya adik saya, dan juga tetangga ke kantor lurah untuk ambil sembako untuk ibu. Sudah dibawa KTP-nya, tapi ditolak," beber Emmi.
Alasannya? Katanya, bantuan tak boleh diwakilkan. Padahal kondisi sang nenek sudah dijelaskan berulang kali. Merasa putus asa, warga sekitar akhirnya bergotong-royong membawa Wahbah langsung ke lokasi.
Artikel Terkait
Bantuan UEA untuk Korban Banjir Medan Ditarik Paksa Usai Tekanan Pusat
Gerakan Rakyat Desak Pemerintah: 1.068 Nyawa Bukan Angka, Tetapkan Bencana Nasional Sekarang!
KSAD Maruli Minta Media Tak Langsung Ekspos Kekurangan Penanganan Bencana
Duka dan Kecemasan di Perumahan BBS 3 Cilegon Usai Bocah Politisi Ditemukan Tewas dengan 22 Luka