Muslimah dan Gelisah Zaman: Saat Identitas Tergerus Arus Modern

- Kamis, 18 Desember 2025 | 17:25 WIB
Muslimah dan Gelisah Zaman: Saat Identitas Tergerus Arus Modern

Atau Asma’ binti Abu Bakar, yang mengajarkan keteguhan dan kecerdikan luar biasa di saat-saat kritis.

Mereka semua punya satu kesamaan: identitas keislaman mereka yang kuat justru menjadi penguat kontribusi mereka di ruang publik. Tidak ada konflik, yang ada adalah harmoni.

Sirah juga menegaskan satu hal penting. Peran keibuan dan keluarga bukanlah beban yang harus diremehkan. Justru, ia adalah pusat pembentukan peradaban itu sendiri. Islam memandang ranah domestik sebagai fondasi, tempat lahirnya generasi-generasi beriman. Jadi, ketika narasi modern merendahkan peran ini, yang terancam runtuh bukan cuma institusi keluarga. Masa depan umat pun ikut dipertaruhkan.

Oleh karena itu, pemulihan identitas Muslimah jelas tak bisa hanya mengandalkan slogan-slogan pemberdayaan yang dangkal. Butuh rekonstruksi paradigma yang serius. Pembinaan perempuan harus dikembalikan ke fondasi utamanya: aqidah. Sirah jadi metodenya, shahabiyah jadi teladannya, dan fitrah jadi orientasinya. Sekaligus, Muslimah juga perlu dibekali dengan literasi ideologis. Tujuannya agar mereka punya kemampuan untuk membaca dan mengkritisi arus pemikiran yang datang bertubi-tubi entah itu feminisme, gempuran media digital, atau wajah modernitas yang sering kali hanya menawarkan emansipasi semu.

Pada akhirnya, Islam menawarkan sebuah keseimbangan. Perempuan tidak dipenjara di dalam rumah, tapi juga tidak dibiarkan larut dalam kebebasan tanpa batas. Ada integrasi yang indah antara peran domestik dan publik, dijalankan dengan penuh martabat dan selalu berorientasi pada akhirat. Keseimbangan inilah yang sayangnya hilang dari banyak wacana modern.

Krisis identitas yang dialami banyak Muslimah hari ini sejatinya adalah cermin dari krisis peradaban yang lebih besar. Ketika perempuan kehilangan jati dirinya, pondasi masyarakat pun menjadi rapuh. Sebaliknya, ketika mereka kembali kepada fitrahnya, di situlah harapan untuk kebangkitan peradaban itu muncul. Sirah Nabawiyah sudah menunjukkan jalannya dengan sangat jelas. Sekarang, tinggal keberanian kita saja untuk benar-benar menapakinya lagi.

Wallahu a’lam bishowab.

Selvi Sri Wahyuni, M.Pd


Halaman:

Komentar