Oligarki: Kekuasaan yang Sunyi namun Menggerogoti
Kritik tajam kembali dilontarkan soal siapa penguasa sebenarnya negeri ini. Kali ini datang dari seorang yang tahu betul seluk-beluk kekuasaan di dalam sistem.
Muhammad Said Didu, pengamat politik sekaligus mantan pejabat BUMN dengan pengalaman puluhan tahun di pemerintahan, tak ragu menyebut nama. Dalam sebuah diskusi daring pekan lalu, ia dengan tegas menyatakan bahwa penguasa nyata Indonesia kini bukan lagi institusi negara yang kita kenal.
“Penguasa nyata Indonesia sekarang itu adalah oligarki. Yang lain tuh hanya dayang-dayang aja. DPR, Istana, semuanya. Penguasaannya ada di PIK, itulah penguasa Indonesia sebenarnya,”
Muhammad Said Didu
Pernyataan itu keras, tentu saja. Tapi mungkin itulah yang dirasakan banyak orang: ada hambatan besar bagi kemakmuran rakyat. Oligarki, menurut sejumlah saksi, jarang tampil dengan wajah garang. Ia tak perlu tank di jalan atau larangan berteriak. Kekuatannya justru bekerja dalam kesenyapan.
Melalui relasi, transaksi, dan kompromi yang terlihat wajar. Di balik demokrasi yang ramai dan pemilu yang rutin, ia tumbuh seperti akar di bawah tanah. Tak terlihat, namun cengkeramannya kuat mencengkeram fondasi negara.
Secara sederhana, oligarki adalah konsentrasi kekuasaan politik dan ekonomi di segelintir orang. Bisa elite politik, pemilik modal besar, atau gabungan keduanya. Persoalannya bukan cuma "siapa yang berkuasa", tapi lebih ke "untuk siapa" kekuasaan itu bekerja. Ketika kepentingan publik harus bertarung dengan kepentingan segelintir elite, hasilnya hampir selalu timpang.
Artikel Terkait
KPK Segel Ruang Bupati Bekasi dalam OTT Kasus Perizinan
Kumparan Awards 2025: Empat Pemimpin Ini Dinilai Menyalakan Harapan Indonesia
Dedi Mulyadi Raih Penghargaan Impact Makers 2025 Meski Absen
Skandal Dana Hibah Pariwisata: Mantan Bupati Sleman Didakwa Alirkan Rp17 Miliar untuk Pemenangan Istri