Yogyakarta punya cara baru dalam mendidik generasi mudanya lewat Pramuka. Kwartir Daerah (Kwarda) Gerakan Pramuka DIY kini secara resmi menempatkan isu kebencanaan sebagai fokus utama. Ini bukan sekadar teori, tapi upaya nyata membekali generasi Z dan Alpha dengan kemampuan bertahan di tengah ancaman bencana yang kian sering terjadi.
Pelantikan pengurus baru Kwarda DIY periode 2025–2030, Senin (15/12) lalu, di Kompleks Kantor Gubernur, jadi momen penegasan arah itu. Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Hayu, yang dilantik sebagai Ketua Kwarda, langsung menyoroti urgensi persiapan ini.
“Jadi secara statistik mereka itu akan mengalami bencana alam yang jauh lebih banyak,”
ungkapnya usai acara pelantikan. Menurutnya, fakta itu tak bisa dihindari. Maka, yang perlu disiapkan adalah keterampilan praktis, jauh dari dunia digital, untuk menghadapi situasi darurat.
GKR Hayu membayangkan skenario yang sangat konkret. Bayangkan saat banjir melanda, listrik padam, dan gadget tak berguna. Apa yang bisa dilakukan seorang anak?
“Paling nggak saya membayangkan, saya bisa membekali anak saya itu, bukan hanya digital skill, tapi juga ketika terjadi banjir, ketika terjadi bencana alam yang lain, nggak ada listrik, dia bisa membantu diri sendiri,”
tuturnya. Di sinilah peran Pramuka dinilai krusial: sebagai ruang belajar langsung untuk mengasah disiplin, ketrampilan lapangan, dan nalar mengambil keputusan saat krisis.
Artikel Terkait
Pembela Nadiem Bantah Keterkaitan Rp809 Miliar dengan Kasus Chromebook
Warisan Beracun: Bagaimana Kebijakan Satu Anak Tiongkok Melahirkan Stigma Perempuan Sisa
Font Times New Roman Gantikan Calibri, Rubio Picu Perang Simbol di Birokrasi AS
Ruang Rapat Tertutup dan Misteri Dana Sosial yang Raib