Bahkan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) pernah merinci lima skenario masa depan Indonesia yang suram. Skenario itu tertuang dalam sebuah buku.
Pertama, nasib terpecah belah seperti Balkan akibat sentimen kedaerahan. Kedua, berubah menjadi negara Islam bergaris keras yang meminggirkan Pancasila. Ketiga, menjadi negara semi-otoritarian yang arahnya tak jelas. Keempat, mundur kembali ke negara otoritarian penuh.
Dan yang kelima? Menjadi negara demokrasi yang stabil. “Hanya sedikit,” catat Sutoyo, “yang meramalkan skenario kelima ini bisa terjadi.”
Di tengah kekacauan yang ia gambarkan, rakyat sempat berharap pada Presiden Prabowo Subianto. Harapan untuk tindakan cepat guna menyelamatkan Indonesia.
Namun begitu, harapan itu seakan menguap. Sutoyo merasa belum ada respon nyata dari Presiden. Masalah TKA ilegal dan penguasaan SDA oleh asing, khususnya dari Cina, masih membayangi. Pidato-pidato yang disampaikan, dalam pandangannya, masih terperangkap dalam janji-janji kampanye belaka.
Keadaan justru memburuk. Sinyal perang antar etnis, menurutnya, sulit dihindari. Pergantian pengaruh dari Pax Americana ke Pax China menciptakan kekacauan ekonomi dan politik. Ia memberi contoh: penanganan banjir di Sumatra yang dianggap terlambat dan penuh sabotase, memicu kekecewaan mendalam.
“Bahkan beberapa daerah berkeinginan merdeka,” klaim Sutoyo, “daripada jadi korban para pejabat yang menjadi ‘Jogos’ penjajah gaya baru dan kekuatan kuning dari utara.”
Kerusakan makin menjadi. Penguasaan asing atas sumber daya alam terus berlangsung, pengrusakan hutan kian masif. Pasca-banjir, ia khawatir mafia tanah akan berebut lahan. Kemarahan rakyat, katanya, sudah menggumpal.
“Justru ketika negara berjalan tanpa arah dan kompas setelah berlakunya UUD 2002,” ungkapnya.
Di akhir pernyataannya, Sutoyo meletakkan syarat mutlak. Jika tidak segera kembali ke Pancasila dan UUD 45 yang asli, huru-hara sudah di depan mata. Perang antar etnis, bahkan perang saudara, bisa meletus. Indonesia pecah bukan lagi ramalan, tapi keniscayaan yang lebih cepat dari yang kita duga. Wallahu'alam.
Artikel Terkait
Mengenal Diri Sendiri: Kunci Pendidikan yang Tak Lekang oleh Waktu
Ijazah Jokowi Diperlihatkan, Kasus Siap Berlanjut ke Meja Hijau
Hakim Agung Haswandi Tutup Usia, Tinggalkan Jejak Panjang di Dunia Peradilan
Tora Sudiro Jual Moge Demi Tabungan Masa Depan Cucu