Gunungan Sampah dan Solusi Swasta di Tengah Krisis Tangsel
Krisis sampah melanda Tangerang Selatan. Di sejumlah titik seperti Ciputat dan Jalan Raya Serpong, tumpukan sampah terlihat menggunung. Keadaan ini sudah berlangsung hampir seminggu, dan volumenya makin hari makin bertambah saja. Banyak warga yang geram, karena sampah mereka tak kunjung diangkut oleh petugas dari pemkot.
Namun begitu, suasana di RW 9, Kelurahan Bakti Jaya, Kecamatan Setu, tampak berbeda. Sampah di sana tidak menumpuk. Rahasianya? Mereka tak sepenuhnya bergantung pada layanan pemerintah daerah.
Sejak Oktober tahun lalu, lingkungan ini sudah menjalin kerja sama dengan perusahaan swasta untuk mengangkut sampah dari 182 kepala keluarga.
“Kami menggunakan alternatif pihak swasta, tetapi kita tentu saja tidak bisa membuang semuanya ke pihak swasta,” ujar Maulana Putra, Ketua RW 9, saat dihubungi Senin (15/12).
“Jadi sampah-sampah itu sudah dipilah sampah plastiknya kemudian sebagian komposnya untuk kompos sampah organik,” lanjutnya.
Menurut Maulana, residu atau sisa sampah yang benar-benar harus dibuang ternyata cukup besar, mencapai 70-80 persen. Hanya 10-20 persen saja yang bisa mereka kelola sendiri di lingkungan. Sisanya, ya, itulah yang diserahkan ke pihak swasta.
Kuncinya ada pada pengelolaan mandiri. Di RW 9, program bank sampah sudah berjalan. Sampah plastik dan minyak goreng bekas dikumpulkan. Ada juga kelompok khusus yang menangani sampah organik untuk dijadikan kompos. Baru setelah dipilah-pilah, sisa yang tak terkelola diambil oleh mitra swasta mereka dua kali seminggu.
Artikel Terkait
Ahli Geologi Ingatkan: Hunian Korban Bencana di Sumatra Tak Boleh Dibangun di Atas Memori Bencana
Tito Pastikan Bantuan Rp 268 Miliar untuk Korban Bencana Tepat Sasaran
Kuntoro Mangkusubroto: Kisah di Balik Model Pemulihan Aceh yang Menginspirasi Dunia
Pantai Bondi Berdarah: Jejak ISIS dalam Penembakan Massal Hanukkah