“Ayo kita ubah mindset itu. Kurangi kata-kata kebencian, yang menyerang kehormatan dan martabat orang lain. Sebenarnya, bangsa Indonesia sudah punya potensi untuk memimpin,” ajaknya.
“Jangan pernah takut. Jangan mundur satu langkah pun dalam memperjuangkan keadilan bagi mereka yang membutuhkan. Tapi tentu saja, semua harus dalam koridor demokrasi dan HAM itu sendiri,” lanjut Pigai.
Di sisi lain, Wakil Menteri HAM Mugiyanto menyoroti sebuah terobosan baru. Peringatan tahun ini, katanya, istimewa karena menjadi ajang Musyawarah Perencanaan Pembangunan HAM atau Musrenbang HAM tingkat nasional yang pertama. Acara itu menghadirkan berbagai pihak, dari pemerintah pusat dan daerah hingga perwakilan masyarakat sipil.
“Peringatan ini adalah momentum untuk menyatukan bangsa dan menghormati HAM. Tanggal 10 Desember bukan cuma tanggal di kalender. Ia adalah cermin, ukuran seberapa beradab sebuah bangsa dalam menjunjung martabat manusia,” papar Mugiyanto.
Ia menambahkan, mulai tahun depan, Musrenbang HAM akan dijalankan secara berjenjang. Prosesnya dimulai dari desa, naik ke tingkat yang lebih tinggi, dan puncaknya di tingkat nasional setiap bulan Desember.
Nantinya, hasil dari Musrenbang HAM 2025 akan diserahkan ke Kementerian Dalam Negeri dan Bappenas. Dokumen itu akan menjadi bahan pertimbangan penting dalam menyusun rencana kerja pemerintah.
Artikel Terkait
Billie Eilish Berhadapan dengan Miliarder AS, Tegaskan Dukungan untuk Palestina Tak Bisa Ditawar
Sjafrie Siap Berantas Pengkhianat di Balik Tambang Indonesia
UIKA Championship 2025 Sukses Digelar, Siap Naik Kelas Jadi Ajang Internasional
Cak Imin: Banjir Sumatera Alarm Keras Kelalaian Kita pada Alam