Bergerak di Tengah Keprihatinan
Kondisi di lapangan sungguh tidak mudah. Akses jalan terputus, hujan masih sesekali mengguyur, listrik dan sinyal telepon sering mati. Belum lagi lumpur tebal yang menyelimuti segalanya. Tapi, tim ini tetap nekat bergerak. Bersama pemerintah daerah, mereka melakukan berbagai hal.
Mulai dari mendistribusikan bantuan pokok seperti paket kebersihan, air minum, makanan siap saji, popok bayi, dan sembako. Mereka juga mengoperasikan dapur umum, membantu mengevakuasi barang-barang warga yang masih bisa diselamatkan. Pekerjaan fisik seperti pembersihan permukiman juga mereka lakukan. Tak ketinggalan, layanan kesehatan dasar dan penyediaan alat komunikasi darurat untuk koordinasi.
Yang mengharukan, beberapa dai dan daiyah di daerah itu sendiri sebenarnya juga menjadi korban. Rumah mereka ikut terendam atau rusak. Tapi pilihan mereka jelas: tetap di depan, membantu warga yang lain.
Seperti yang dialami Ustazah Fudhla. Rumahnya di Desa Pante Lima, Pidie Jaya, terendam banjir hampir tiga meter. Sudah sebelas hari pasca-bencana, desanya masih berlumpur dan genangan air setinggi betis. Meski begitu, ia tak berhenti mendampingi tim bersama Ustaz Asraf untuk menyalurkan bantuan.
Cerita serupa datang dari Ustaz Samsul di Aceh Tamiang. Ia terisolasi selama delapan hari penuh tanpa listrik dan sinyal. Daerahnya termasuk yang terparah kerusakannya; sunyi senyap bagai kota mati.
Data terbaru dari BNPB per 8 Desember 2025 sungguh memilukan: 953 orang meninggal, 275 masih dinyatakan hilang, dan sekitar 5.000 orang luka-luka. Kerusakan infrastruktur dan fasilitas pendidikan pun sangat luas.
LAZNAS Dewan Dakwah menyatakan mereka tak akan mundur. Komitmen untuk memberikan layanan kemanusiaan akan terus berlanjut. Para dai ini akan tetap berada di garda terdepan, bukan hanya memulihkan kondisi fisik, tetapi juga menguatkan mental dan spiritual masyarakat hingga benar-benar pulih.
Dalam waktu dekat, Tim Pusat dari Jakarta akan terjun langsung ke lokasi. Mereka akan mengawal kiriman bantuan dari Menara Dakwah di Kramat Raya 45 menuju posko-posko di Agam, Sumatera Barat. Rencananya, konvoi kemanusiaan yang terdiri dari mobil rescue, truk tangki air, dan truk logistik ini akan berangkat pada Jumat, 12 Desember 2025.
Artikel Terkait
Tambang Ilegal Tiga Dekade: Negara Rugi Rp 13.000 Triliun, Modusnya Paket Komplit
Krisis Lingkungan dalam Kacamata Al-Quran: Ketika Alam Bertasbih dan Manusia Lupa Amanah
Wamen Sosial Tegaskan: Sekolah Rakyat Harus Jadi Jembatan Keluar dari Kemiskinan
Gempa 7,5 M Guncang Aomori, Jepang Siaga Tsunami dan Gempa Susulan