Tel Aviv Angka-angka yang baru dirilis Kementerian Pertahanan Israel pada Senin (7/12) sungguh mencengangkan. Sejak Operasi "Badai Al-Aqsa" dimulai pada 7 Oktober 2023, tercatat sekitar 22.000 perwira dan prajurit terluka. Jumlah itu bukan sekadar statistik. Ia menggambarkan betapa berat beban yang dipikul militer Israel dalam perang yang tak kunjung usai ini.
Perang ini, yang telah memicu kecaman global lantaran korban sipil Palestina yang berjatuhan dan dugaan kejahatan perang di Gaza, ternyata juga menyisakan luka mendalam di tubuh pasukan Israel sendiri.
Menurut pernyataan resmi kementerian, dampak psikologis ternyata lebih dominan. Sekitar 58% dari tentara yang terluka menderita trauma psikologis, termasuk PTSD atau gangguan stres pascatrauma. Ini adalah gambaran nyata tentang bagaimana perang yang brutal di Gaza dan Tepi Barat meninggalkan bekas mental yang mengakar.
Yang juga memprihatinkan, hampir separuh dari korban luka tepatnya 49% berusia di bawah 30 tahun. Generasi muda Israel ini menanggung tekanan yang luar biasa berat, terlempar ke dalam konflik berkepanjangan.
Luka fisik yang parah pun tak terhindarkan. Saat ini, 142 tentara harus bergantung pada kursi roda. Sementara 88 lainnya mengalami amputasi anggota tubuh akibat cedera hebat di medan pertempuran.
Gelombang Keputusasaan di Barak
Di sisi lain, tekanan psikologis itu ternyata memuncak dalam bentuk yang lebih tragis. Data resmi Israel dari akhir Oktober lalu mengungkap fenomena suram: ada 279 upaya bunuh diri di kalangan militer dalam 18 bulan terakhir. Dari jumlah itu, 36 kasus berakhir fatal.
Artikel Terkait
Pasca Kebakaran Maut di Kemayoran, Polisi Periksa Pemilik Gedung Terra Drone
Gus Yahya Tegaskan Posisi Sah, Siap Tempuh Jalur Hukum
Tim Advokasi Tepis Klaim Refly Harun Soal Petrus Selestinus
Tito Karnavian Larang Kepala Daerah ke Luar Negeri Jelang Nataru