Piye Kabare Berganti Wajah: Dari Soeharto ke Jokowi dalam Pusaran Narasi Politik

- Selasa, 09 Desember 2025 | 14:25 WIB
Piye Kabare Berganti Wajah: Dari Soeharto ke Jokowi dalam Pusaran Narasi Politik

Di sinilah paradoksnya, seperti tercermin dalam narasi politik Prabowo. Banyak pihak yang ingin memisahkannya dari Jokowi, tapi ia sendiri tampak enggan. Prabowo bisa saja mengambil kebijakan yang berbeda, tanpa secara langsung menyalahkan pendahulunya. Malah, ia kerap menegaskan komitmen untuk melanjutkan program-program Jokowi.

Akar masalahnya mungkin terletak di sini: Prabowo dianggap kurang "ramah" pada para cukong besar, sementara Jokowi di masanya punya hubungan yang erat dengan kalangan pengusaha. Ingat saja deretan taipan yang berkunjung ke rumah Jokowi setelah ia menjabat. Itu bisa dibaca sebagai ucapan terima kasih, atau bahkan pembicaraan agenda ke depan.

Kebijakan-kebijakan Prabowo yang menyentuh kepentingan besar seperti revisi izin tambang atau kasus Pertamina pada hakikatnya adalah ancaman baginya sendiri. Cukong-cukong yang diam saja pun sudah bisa menyulitkan, apalagi jika mereka aktif melawan. Peristiwa-peristiwa seperti kerusuhan Agustus lalu dan bencana alam belakangan ini jelas menambah beban. Prabowo terkesan berjuang sendirian.

Tanpa ada peristiwa besar saja ia sudah dihujani kritik, apalagi di saat krisis seperti sekarang. Serangan bisa berlipat ganda. Dan itu belum termasuk yang datang dari sekitarnya sendiri para "bunglon politik" yang selalu berbalik arah sesuai angin. Prabowo benar-benar berada di persimpangan yang sulit.

Dahlan Iskan pernah menulis sesuatu yang menarik. Katanya, Jokowi diuntungkan bukan hanya oleh faktor manusia, tapi juga faktor alam. Sebaliknya, pemimpin seperti Prabowo atau SBY dianggap kurang beruntung dari kedua faktor itu. Memang, takdir politik kadang tak bisa ditebak.

Lalu, pertanyaan besarnya: jika slogan "piye kabare" dengan simbol Soeharto terbukti gagal mengembalikan era tersebut, apakah hal yang sama akan terjadi jika simbolnya diganti Jokowi? Sulit diprediksi.

Kompleksitas politik sekarang jauh berbeda. Sampai-sampai saya punya pikiran ini: jika Prabowo gagal membawa perubahan, maka bisa jadi kita akan kesulitan menemukan pemimpin lain yang mampu mewujudkan Indonesia yang benar-benar mandiri, maju, dan kuat. Situasinya memang sedang tidak mudah.

Direktur ABC Riset & Consulting


Halaman:

Komentar