Bencana yang dia maksud tentu saja gempa dan tsunami maha dahsyat 14 tahun silam. Kala itu, gempa berkekuatan 9,0 magnitudo mengguncang, merenggut lebih dari 18.500 nyawa dan memicu krisis nuklir di PLTN Fukushima. Sebuah kenangan pahit yang selalu hidup dalam ingatan kolektif masyarakat Jepang.
Memang, negeri ini tak pernah benar-benar berhenti bergoyang. Letaknya yang berada di atas empat lempeng tektonik utama, persis di tepi Cincin Api Pasifik, menjadikannya salah satu wilayah paling aktif di dunia. Sekitar 125 juta penduduknya hidup berdampingan dengan rata-rata 1.500 gempa setiap tahun.
Untungnya, sebagian besar guncangan itu berskala ringan. Meski begitu, tingkat kerusakannya bisa sangat bervariasi, tergantung di mana episentrumnya dan seberapa dalam sumber gempa berada.
Pengalaman pahit yang berulang ini, mau tidak mau, membentuk Jepang menjadi ahli dalam hal mitigasi bencana. Mereka mungkin hidup di atas tanah yang tak pernah diam, tetapi kesiapsiagaan mereka sulit ditandingi.
Artikel Terkait
Billie Eilish Berhadapan dengan Miliarder AS, Tegaskan Dukungan untuk Palestina Tak Bisa Ditawar
Sjafrie Siap Berantas Pengkhianat di Balik Tambang Indonesia
UIKA Championship 2025 Sukses Digelar, Siap Naik Kelas Jadi Ajang Internasional
Cak Imin: Banjir Sumatera Alarm Keras Kelalaian Kita pada Alam