Masa kepresidenan pun dinilai tak bersih. "PSN, IKN, PIK, Rempang, Whoosh, Covid-19, bansos, sampai nikel dan batubara... mana ada yang bebas bocor?" tanyanya retoris.
Aliran dana ke keluarga dan rekening tersembunyi diduga kuat. "Kesederhanaan Jokowi itu cuma topeng. Wajah palsu dari kekayaan yang sebenarnya," ungkap Rizal.
Bahkan usai lengser, ruang korupsi disebut belum tertutup. Rizal menyoroti rumah pensiun mewah di Colomadu seluas 12.000 meter persegi. Didapatkan lewat manipulasi lahan, aturan, dan pagu anggaran yang samar. "Ini kongkalikong antara Presiden, Menkeu, dan Mensesneg. Mungkin dianggap sebagai 'hasil akhir' dari segala keserakahan," paparnya.
Ia lalu melontarkan pertanyaan pedas. "Kalau petinggi TNI-Polri sudah jadi kapitalis, menteri jadi borjuis, lalu presidennya jadi apa?"
"Jawabannya, raja korupsi. Bukan lagi potensial, tapi memang sudah jadi raja. Dunia sudah melihat. KPK harus bekerja. Sang raja layak diadili dan dijebloskan ke penjara," tegasnya tanpa ragu.
Di sisi lain, Rizal menangkap gelombang kemarahan yang kian meluas. Teriakan "ganyang Jokowi" mulai kerap terdengar. Penderitaan rakyat, katanya, menuntut balasan.
Ia mengingatkan, kegagalan memberantas korupsi bisa berujung pada konsekuensi yang lebih keras. Bahkan revolusi.
"Pilihan bangsa sekarang semakin sempit. Hanya ada dua: basmi korupsi, atau kita hadapi revolusi. Dan itu harus dimulai dari menangkap Jokowi, meruntuhkan oligarki di sekitarnya," tandasnya menutup pernyataan.
Artikel Terkait
Gagasan Natal Bersama Menag Picu Polemik, Dikecam sebagai Penyimpangan Akidah
Dari Kelas ke Medan Perang: Kisah Soedirman, Guru Muhammadiyah yang Jadi Panglima
Wakil Wali Kota Bandung Tersandung Kasus Pemerasan Proyek
Warga Mimika Antusias Ikuti Bakti Kesehatan Gratis dari TNI AD