Rob Tak Kunjung Surut, Kisah Kasniah Bertahan di Tengah Banjir yang Tak Pernah Dibayangkan

- Minggu, 07 Desember 2025 | 16:54 WIB
Rob Tak Kunjung Surut, Kisah Kasniah Bertahan di Tengah Banjir yang Tak Pernah Dibayangkan

Namun begitu, yang paling membuatnya kewalahan adalah lamanya air bertahan. Ia membandingkan dengan pengalaman tahun lalu. "Waktu itu dalam sih, sampai dada. Tapi cepat keluar. Tahun ini, keluarnya susah. Nggak mau surut-surut," keluhnya.

Memang, pantauan di lokasi menunjukkan debit air di kawasan itu sempat mencapai 50 hingga 60 sentimeter. Cukup untuk mengacaukan hidup banyak orang.

Di sisi lain, ada satu hal yang turut menyakitkan bagi Kasniah: soal bantuan. "Orang-orang pada dapat bantuan sosial, saya mah enggak," ungkapnya. Padahal, namanya sudah terdata di kelurahan. Ia teringat tahun sebelumnya, saat warga masih mendapat bantuan pangan berupa nasi kotak, sembako, atau roti. Kini, rasanya ia dilupakan.

Banjir ini secara paksa mengubah seluruh ritme kesehariannya. Untuk sekadar buang air, ia harus menempuh jarak sekitar 200 meter ke WC umum dekat pelabuhan. "Kemarin aja pengin buang air ya sampai lari-lari ke sono," kenangnya.

Mandi pun seadanya, dengan air bersih yang sangat terbatas. Memasak hanya bisa dilakukan pagi-pagi sekali, buru-buru sebelum air rob datang lagi. "Nyolok nasi aja, lauknya beli," katanya. Kompor di dapur tak bisa dipakai karena terendam. Dan meski lantai kamarnya basah, ia tetap bertahan tidur di rumah itu.

Menjelang sore hari, kondisi mulai membaik. Sekitar pukul empat, debit air terlihat berangsur turun. Jalan raya yang sebelumnya terendam mulai kelihatan. Meski begitu, di dalam gang-gang sempit, genangan masih berkisar antara 40 sampai 50 sentimeter. Masih cukup untuk menggenangi rumah-rumah warga seperti milik Kasniah.


Halaman:

Komentar