UGM cuma bisa menjelaskan proses perkuliahan Jokowi, sayangnya penjelasan itu terasa bias dan tanpa dukungan dokumen yang valid. Sementara itu, Mabes Polri hanya berani menyatakan bahwa ijazah itu "identik". Identik dengan apa? Kalau identik dengan sesama dokumen palsu, ya hasilnya tetap palsu. Identik itu jelas beda dengan otentik. Mirisnya, baik UGM dari era Rektor Pratikno hingga Ova Emilia maupun Polri di bawah kepemimpinan Tito Karnavian sampai Listyo Sigit, terlihat seperti bermain aman dalam melindungi Jokowi.
Sudah empat tahun bahkan ada ahli hukum yang bilang sebelas tahun ijazah ini dipertanyakan. Lama sekali. Selama itu pula, tak terlihat itikad baik dari Jokowi untuk secara sukarela menunjukkannya ke publik. Ada rasa takut, mungkin. Konon katanya hanya mau ditunjukkan di pengadilan. Tapi, berbagai proses pengadilan sudah digelar, dan ijazah itu tetap saja tak kunjung muncul jelas. Omong kosong belaka. Kalau memang asli, untuk apa disembunyikan? Atau jangan-jangan, ijazah ini cuma bayangan hantu? Jokowi memang jago tipu-tipu.
Jadi, sudahlah. Ijazah Jokowi itu palsu. Andaikata ada dua teriakan yang menyatakan asli, maka dua juta teriakan lain akan membalasnya: palsu! Para pemimpin bangsa, cendekiawan, laboratorium, dan aparat kita akan tercatat sebagai yang paling tidak becus sedunia. Mereka bertahun-tahun gagal membuktikan keaslian selembar kertas. Tragis, dan sungguh menyedihkan.
Kita sedang berduka atas banjir bandang di Aceh, Sumut, dan Sumbar sebuah tragedi akibat keserakahan manusia. Tapi, di sisi lain, kita juga patut berduka atas perilaku manusia yang merusak bangsa dengan ijazah palsu. Manusia itu memang serakah.
Betapa konyolnya negeri ini.
") Pemerhati Politik dan Kebangsaan
Bandung, 7 Desember 2025
Artikel Terkait
Tito Usulkan Gratiskan Dokumen Warga Korban Banjir Sumatera
Prabowo Tegur Bupati yang Tinggalkan Daerah Bencana untuk Umrah
Palembang Kirim 10 Truk Bantuan untuk Korban Bencana di Sumbar dan Sumut
Gelombang Kedua di Aceh: Wabah Penyakit Mengintai Pasca-Banjir