Hingga saat ini, dua dari empat desa di kecamatan itu masih terisolasi. Nasib warga yang kehilangan tempat tinggal pun serba darurat. Sebagian terpaksa mendirikan tenda di hutan, hidup dalam ketidakpastian.
Seorang warga bernama Nur mengungkapkan keprihatinannya.
“Kami yang sangat perlu sekarang makanan pokok dan baju. Seperti beras, mi instan, garam, gula, kawan nasi, itu yang sangat dibutuhkan saat ini. Kami baju gak ada lagi,” katanya.
Data dari BPBD Nagan Raya memperjelas skala bencana ini. Ada 250 rumah warga yang rusak. Lebih dari itu, dampaknya meluas ke 8.258 kepala keluarga atau sekitar 25.608 jiwa yang harus menanggung akibatnya. Situasinya memang berat, dan pemulihan tampaknya masih panjang.
Artikel Terkait
Fakta di Balik Pelepasan 1,6 Juta Hektar Hutan Era Zulhas
Menag Umar: Indonesia adalah Lukisan Tuhan Terindah di GBK
Warga Asing China Gagal Selundupkan Serbuk Nikel dari Bandara IWIP
Gempa, Kelangkaan, dan Tagihan Dosa Ekonomi yang Tak Kunjung Lunas