“Lewat doa ini, kami cuma bisa memohon pada Yang Maha Kuasa. Semoga saudara-saudara kita yang kena musibah diberi ketabahan dan bantuan yang cukup untuk pulih,” tambah Usmandy lagi.
Ada satu momen spesial dalam doa itu. Mereka juga mengungkapkan rasa syukur atas penganugerahan gelar Pahlawan Nasional kepada Presiden kedua RI, Soeharto. Bagi para kader, penghargaan itu dinilai sebagai bentuk pengakuan atas jasa-jasa almarhum semasa hidupnya.
Tak lupa, doa khusus juga dipanjatkan untuk Sintang sendiri. Mereka memohon agar kabupaten ini selalu dalam lindungan, jauh dari bencana, dan terus rukun dalam perbedaan. Harapan untuk tanah kelahiran selalu punya tempat tersendiri.
Suasana haru jelas terasa sepanjang acara berlangsung. Solidaritas dan kepedulian sosial itu seperti menjadi benang merah yang menyatukan. Perayaan ke-61 ini, pada akhirnya, lebih dari sekadar seremoni. Ini adalah momentum untuk menunjukkan bahwa nilai kekaryaan itu nyata, bukan cuma di atas kertas, tapi dalam aksi peduli terhadap sesama.
Artikel Terkait
Mundur Demi Harga Diri? Di Indonesia, Itu Hanya Imajinasi
Genset Raksasa Terbang Menuju Takengon, Jawab Darurat Listrik RSUD
Wamendagri Ingatkan Morowali: Kemilau Nikel Jangan Abaikan Inklusivitas dan Lingkungan
Mundur dengan Harga Diri: Mungkinkah di Tengah Duka Sumatra?