Fitrah dan Kemenangan Pahit di Balik Skandal Dana Bansos

- Sabtu, 06 Desember 2025 | 06:06 WIB
Fitrah dan Kemenangan Pahit di Balik Skandal Dana Bansos

Babak finalnya tiba. Di ruang konferensi pers KPK yang dingin dan steril, Fitrah berdiri tegak. Ia menyampingi Bos Top dan Bu Cynthia. Ekspresinya berbeda. Tak ada lagi kumis palsu, yang ada hanya tekad membaja yang terpancar kuat dari sorot matanya.

Bu Cynthia yang mengambil mikrofon pertama. Suaranya tenang, tapi punya wibawa. Beda sekali dengan nada judes yang dulu.

"Hari ini, kami serahkan bukti-bukti konkret. Semua terkait korupsi dana bansos provinsi, nilainya miliaran," ujarnya. Ia terdengar seperti hakim yang siap mengetukkan palunya.

Lalu, giliran Fitrah. Gagapnya hilang. Kemampuan bicaranya kini bak pengacara kawakan.

"Uang rakyat itu seharusnya jadi tali asih. Untuk mereka yang paling susah. Tapi malah dirampok lewat skema fiktif yang rapi."

Ia melanjutkan, suaranya meninggi penuh keyakinan, "Kami punya buktinya. Email, kuitansi palsu, sampai kesaksian korban di lapangan. Kejahatan ini nyata!"

Konferensi pers itu langsung jadi buah bibir. Hebohnya melebihi gosip artis. Media nasional ramai memberitakan. Tekanan publik yang digerakkan oleh pemberitaan Kilat dan dukungan netizen memaksa KPK bergerak cepat. Status Fitrah sebagai tersangka narkoba dan suap pun dicabut. Ternyata, sabu-sabu di mobilnya itu barang fiktif juga. Rekayasanya terburu-buru dan amburadul.

Proses hukumnya berjalan seperti maraton. Tapi, kali ini cepat. Secepat ojek online yang dulu membawanya kabur.

Jaksa Bahar ditangkap. Lokasinya di kedai kopi eksklusif langganannya, persis saat ia menyeruput kopi mahal itu. Pejabat tinggi provinsi yang terlibat juga tak berkutik. Jerat KPK, yang didukung bukti kuat dari Fitrah, tak terbantahkan.

Beberapa bulan berselang, vonis dijatuhkan di Pengadilan Tipikor. Keduanya dinyatakan bersalah. Pasal berlapis: korupsi dan pencucian uang. Hukumannya penjara lama plus denda fantastis. Ini kemenangan mutlak untuk keadilan.


Halaman:

Komentar