Ia melanjutkan dengan logika yang sederhana namun terasa mendesak. Katanya, ketika bencana atau bahkan konflik datang, kita tidak bisa serta-merta bergegas ke toko untuk membeli helikopter atau kapal. Tidak semudah itu. Persiapan harus matang, dari sekarang.
“Tidak ada,” tegasnya tentang kemustahilan membeli perlengkapan dadakan itu.
Di sisi lain, Prabowo tampak gerah dengan pola kritik yang ia nilai mandul. Bagi dia, banyak dari pengkritik itu hanya pandai bicara, pandai mengejek, dan mencari-cari kesalahan tanpa pernah menawarkan jalan keluar yang nyata.
“Orang-orang pintar yang bisa bicara, bicara, bicara, ngejek, ngejek, mencari kesalahan terus,” ucapnya dengan nada sedikit kesal.
“Mereka tidak bisa membuat jembatan, tidak bisa menciptakan lapangan kerja. Tidak bisa menjamin beras ada, tidak bisa menjamin LPG ada, tidak bisa menjamin BBM ada. Pendek kata, tidak bisa menjamin apa-apa.”
Pidato itu diakhiri dengan penekanan pada kerja nyata, bukan sekadar omongan. Ia seolah ingin mengingatkan bahwa tantangan ke depan berat, dan yang dibutuhkan adalah solusi, bukan sekadar sinisme.
Artikel Terkait
DPR Buka Keran Dana Darurat untuk Tangani Bencana di Tiga Provinsi
Prabowo: UUD 1945 Tak Boleh Hanya Jadi Mantra di Mulut
Gempa 2,0 Magnitudo Guncang Cianjur Dini Hari, Getaran Terasa hingga Skala MMI III
Garda Depan Pasgat Resmi Dibangun di Papua