Mahfud membandingkan kondisi sekarang dengan zaman dulu. Dulu, orientasinya lebih pada peran sosial-keagamaan. Sekarang? Ia menilai mulai menjauh dari fondasi nilai-nilai itu.
Ucapnya. Keterlibatan dalam urusan ekonomi dan proyek bisnis, dalam pandangannya, jelas memicu ketegangan. Bahkan mengubah karakter organisasi dan melemahkan warisan nilai dari para ulama pendiri.
Kritiknya tak berhenti di situ. Sindirannya bahkan lebih tajam.
Sindiran "PTNU" yang Mengena
Mahfud punya gambaran yang cukup sinis tentang arah gerak institusi ini. Ia menyebutnya mirip sebuah perusahaan, lengkap dengan struktur manajemen dan pemegang saham.
Pungkasnya. Intinya, konflik yang terjadi saat ini lebih banyak berkisar pada perebutan akses dan kepentingan ekonomi. Bukan lagi soal ideologi atau prinsip-prinsip organisasi yang mulia.
Pandangannya ini tentu saja menyisakan pertanyaan besar. Ke mana sebenarnya arah organisasi besar ini akan melangkah?
Artikel Terkait
Bencana Aceh dan Sumatera: 867 Tewas, Ratusan Ribu Warga Mengungsi
Banjir Sumatra: Saat Air Bah Menguji Iman dan Nurani Manusia
Wartawan Diusir dan Diancam Saat Selidiki Dugaan Keracunan Makanan di Ngawi
Banjir Aceh dan Menteri yang Menyebut Gelondongan Kayu Telanjang