Pencitraan di Tengah Bencana: Ketika Solidaritas Warga Mengalahkan Gagalnya Negara

- Jumat, 05 Desember 2025 | 05:00 WIB
Pencitraan di Tengah Bencana: Ketika Solidaritas Warga Mengalahkan Gagalnya Negara

Benarkah Keadaan Sudah Membaik?

Anda pasti sudah mendengar kabarnya. Meski, anehnya, berita soal bencana ini seperti berusaha dihapus dari mana-mana. Semakin hari, semakin jelas: pemerintah tak becus mengkoordinasi timnya sendiri.

Lihat saja para menteri. Mereka malah sibuk berlomba memanfaatkan kesengsaraan ini untuk pencitraan. Juaranya, menurut saya, si Zulhas. Dia dengan gagah memanggul karung beras, menyekop lumpur. Hasilnya memang bagus untuk foto dan video. Tapi sungguh menjijikkan, mengingat masih banyak sekali korban yang kelaparan dan butuh pertolongan nyata.

Bahkan para pejabat yang 'turun tangan' itu. Semua tampak necis. Wajah-wajah bersih bak penghuni surga yang mampir sebentar ke neraka bencana. Hanya untuk membuat kontras yang menyakitkan: betapa malangnya rakyat yang menderita, sementara mereka yang menyebabkan kerusakan itu berpose bak pahlawan.

Mereka kan penikmat hasil sawit, tambang, dan pembabatan hutan? Lucunya, setetes bantuan yang mereka bagikan seolah jadi segalanya. Padahal, uang itu bukan uang pribadi mereka! Itu uang rakyat termasuk uang korban bencana itu sendiri!

Jelas sudah, pemerintah gagal total menangani bencana besar ini. Menetapkannya sebagai bencana nasional saja enggan. Menteri Sosial dengan bangga menyebut angka 25 miliar untuk penanggulangan. Seolah itu uang sakunya sendiri. Dan 25 miliar? Itu jumlah yang tak ada artinya untuk skala bencana sebesar ini.

Di sisi lain, lihat yang dilakukan influencer Fery Irwandi. Dia menggalang dukungan, dan dalam waktu singkat terkumpul 10 miliar. Bahkan dia sanggup menyewa pesawat untuk mengirim bantuan langsung.

Pemerintah? Sibuk upacara. Relawan di lapangan malah disibukkan melayani tamu-tamu penting dari Jakarta. Rakyat yang lelah dipaksa berkumpul untuk penyambutan. Dan tangisan mereka semakin keras, semakin bagus untuk tayangan TV dan media buzzer.

Ini mengingatkan saya pada ucapan Ronald Reagan, presiden AS yang dulu aktor itu. Katanya, "Pemerintah bukan solusi atas masalah. Pemerintah justru sumber masalahnya." Orang memilih mereka dengan harapan hidup jadi lebih baik. Nyatanya? Mereka lebih sering menyusahkan.


Halaman:

Komentar