Situasi terisolasi ini masih melanda tiga kecamatan dan sejumlah desa. Di Desa Sahraja dan Sijudo, Kecamatan Pante Bidari, ada lima titik pengungsian. Tiga titik berhasil dijamah tim. Dua titik lainnya? Masih misteri.
“Dengan jumlah warga ratusan yang dilaporkan tidak terkontak sama sekali… posisinya kita tidak bisa lacak,” katanya, menggambarkan kesulitan yang nyata.
Rintangannya bukan main. Akses menuju kedua titik itu tertutup lumpur setinggi leher orang dewasa, membentang sepanjang 8 kilometer. Darat, hutan, bahkan sungai semua jalur tertutup. Benar-benar terkurung.
Upaya penyelamatan terus dilakukan. Pemerintah daerah sempat mengirim sekitar 20 pemuda desa, membawa beras dan logistik, untuk menyisir daerah terpencil itu. Mereka berbagi tim, mencoba melacak ratusan warga yang hilang kontak.
Dan ada secercah kabar baik di tengah keputusasaan.
“Malam kemarin kita bisa dapatkan status mereka, bahwa mereka masih hidup dan mengungsi di hutan,” ucap Iskandar, memberikan sedikit kelegaan.
Perjuangan belum berakhir. Bantuan mungkin sudah mulai mengalir, tapi medan yang berat dan infrastruktur yang rusak parah membuat pemulihan berjalan sangat pelan. Warga Aceh Timur masih bertahan, menunggu bantuan yang bisa sampai dengan selamat.
Artikel Terkait
Stok Cuma di Atas Kertas, Warga Sumut Teriak: Sudah Lima Hari Tak Ada BBM!
Kalapas Sulut Dicopot Diduga Paksa Warga Binaan Muslim Makan Daging Anjing
Banjir Bandang Sumatera: 23 DAS Terdampak, Hujan Ekstrem dan Hilangnya Ribuan Hektar Hutan Jadi Pemicu
Bioetanol Aren: Energi Bersih yang Siap Gantikan Impor BBM