Dewangga Saputra, yang biasa dipanggil Angga, baru berusia 19 tahun. Tapi hidupnya sudah berubah total sejak 2020 lalu. Sekarang, ia hidup sebagai penyandang disabilitas daksa. Semua berawal dari sebuah niat, yang ia kira adalah bentuk solidaritas pada teman.
“Waktu itu pas awal-awal pandemi kan lagi marak gangster di Surabaya,” kenang Angga saat berbincang dengan Basra, Rabu lalu.
“Nah saya dimintain tolong teman untuk bantu dia tawuran melawan musuhnya. Karena selama ini dia baik sama saya, ya saya tidak menolak permintaannya.”
Niat membantu itu justru menjadi awal petaka. Tawuran yang direncanakan pun batal karena ada razia polisi. Mereka memutuskan pulang. Dalam perjalanan pulang itulah, nasib buruk menimpa Angga. Sebuah pedang samurai yang dibawa temannya, tanpa sengaja, menyabet kaki kirinya.
“Pas perjalanan pulang itu samurainya nggak sengaja menggores kaki saya,” ujarnya.
Sayatan itu ternyata fatal. Ia tepat mengenai pembuluh darah besar di area lutut kirinya. Dokter kemudian memberi pilihan yang pahit: amputasi. Kalau tidak, kakinya akan membusuk dan infeksi bisa menjalar ke bagian tubuh lainnya.
“Harus diamputasi karena kalau tidak akan membusuk sampai atas,” imbuh Angga, mengulang penjelasan dokter kala itu.
Artikel Terkait
Dapur Gizi Terancam Lumpuh, Pasokan Bahan dan Gas Menipis Usai Banjir Aceh
Habib Rizieq Tantang Prabowo: Jangan Cuma Omon-omon, Tunjukkan Bukti Perang Lawan Korupsi!
Banjir Setinggi Paha Lumpuhkan Jalan di Deli Serdang, Anak Ujian Dititipkan Lewat Motor
Politisi PKB Minta Kalapas Dicopot Usai Diduga Paksa Napi Muslim Makan Daging Anjing