Kedua, partisipasi rakyat. Demokrasi harus hidup dengan pengawasan dan kritik yang sehat dari publik. Diam hanya akan memberi ruang bagi penyalahgunaan wewenang.
Ketiga, pendidikan karakter sejak dini. Generasi muda harus tumbuh jadi pribadi yang punya prinsip. Bukan calon penjilat, tapi agen perubahan yang berani melawan ketidakadilan.
Kemandirian Sebagai Pilar Kedaulatan
Eksploitasi akan terus mengancam selama kita masih bergantung pada kepentingan eksternal. Kemandirian dalam mengelola sumber daya, industri, pangan, sampai teknologi harus jadi prioritas. Bangsa yang kuat itu berdiri di atas kaki sendiri.
Kemandirian bukan berarti menutup diri. Tapi memastikan setiap kerja sama dengan pihak luar tidak mengorbankan hak rakyat dan martabat bangsa. Jangan sampai kekayaan kita dikeruk, tapi manfaatnya cuma berubah jadi utang atau dominasi ekonomi asing.
Harapan dalam Persatuan dan Kebaikan
Potensi Indonesia luar biasa. Tapi potensi itu baru jadi kekuatan nyata kalau kita kompak menghilangkan mentalitas penjilat dan melawan segala bentuk eksploitasi. Persatuan dalam Pancasila itu bukan cuma soal berkumpul. Tapi menyatukan tujuan dan hati untuk memperjuangkan kebaikan bersama.
Kemerdekaan sejati itu bukan cuma bebas dari penjajah. Tapi juga bebas dari pengkhianatan terhadap amanah rakyat. Mari kita jaga konstitusi dan Pancasila dalam setiap langkah. Bangun kekuatan kebaikan sebagai energi bersama untuk melindungi rakyat dan memajukan bangsa.
Indonesia yang merdeka sepenuhnya adalah Indonesia yang rakyatnya berdaulat, pemerintahannya amanah, dan kekayaannya dikelola untuk kemakmuran semua warga. Dengan begitu, masa depan yang adil dan bermartabat bukan lagi sekadar mimpi. Itu keniscayaan yang bisa kita wujudkan bersama. Selamatkan bangsa dari eksploitasi gaya baru. Kita sudah merdeka. Jangan dirusak. Rakyat ingin hidup damai dan aman.
Tabik.
(ahrm/ed-jaksat)
Artikel Terkait
Dari Sawit Strategis ke Sitaan Massal: Belokan Tajam Prabowo di Tengah Kontroversi
Bantuan Logistik Diterobos Lewat Udara Saat Banjir Aceh Tamiang Lumpuhkan Jalur Darat
Otak dalam Cengkeraman Gula: Mengapa Manis Bisa Jadi Jerat Dopamin
Morowali dalam Bayang-Bayang: Negeri di Dalam Negeri yang Tak Pernah Diperiksa