Di Kabupaten Sikka, NTT, suasana tegang kembali menyelimuti kawasan eks HGU Nangahale. Kali ini, bentrokan fisik tak terhindarkan antara warga adat setempat dan karyawan PT Krisrama. Perusahaan itu berupaya membersihkan lahan, namun langsung dihadang oleh masyarakat yang menolak. Aksi saling serang pun pecah, lengkap dengan lemparan batu dan bahkan panah. Akibatnya, jalan nasional Trans Flores macet total berjam-jam, memutus arus lalu lintas di pulau Flores.
Menurut sejumlah saksi, semua berawal dari kedatangan sepuluh traktor milik perusahaan. Warga yang mengetahui rencana pembersihan itu langsung bergerak. Mereka menutup akses dan memblokade badan jalan Trans Flores, jalur utama penghubung itu. Situasi yang sudah panas itu kemudian meledak.
Pemicunya adalah ketika para karyawan mulai menebang pohon-pohon pisang dan jambu mete di area sengketa. Melihat hal itu, kemarahan warga adat pun meluap. Bentrokan fisik pun terjadi. Suara teriakan dan hiruk-pikuk memenuhi udara, sementara batu beterbangan dari kedua belah pihak.
Seorang sopir truk bernama SB Nong terjebak dalam kemacetan panjang itu. Sudah lebih dari dua jam dia tertahan. Padahal, muatan truknya adalah bantuan untuk korban erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki yang sangat mendesak.
"Tolong buka jalan biar saya antar dulu barang orang lagi butuh ini," ujar Nong dengan suara terdengar kesal.
Artikel Terkait
Kekacauan Global Bukan Takdir: Mengapa Dunia Internasional adalah Cermin Pilihan Kita Sendiri
Enam Bulan dalam Jeruji Ketakutan: Remaja 15 Tahun Disekap dan Dilecehkan di Lampung Timur
Polisi Ringkus Dua Pengedar Sabu di Pelosok Ketapang, Sita Puluhan Gram Barang Bukti
Debat di Ruang Ber-AC, Rakyat Berjuang di Tengah Banjir