Menurutnya, kehadirannya saat ini adalah wujud komitmen untuk turun langsung. "Kami hadir di Tapanuli ini, untuk membantu. Tidak ada bedanya utara selatan, tengah. Itu sama semua bagi kami, tidak melihat suku, agama, ras. Sama bagi kami. Jadi kami turun dengan kekuatan penuh," tegas Suharyanto.
Namun begitu, pernyataan kontroversialnya di hari Jumat masih terus diingat. Saat itu, dia menjelaskan alasan pemerintah belum menetapkan status bencana nasional untuk banjir dan longsor di Sumatera.
Argumennya, situasi di Sumatera Utara, Sumatera Barat, dan Aceh masih dinilai berada pada tingkat daerah. Lalu, dia pun menyebut bahwa kesan mencekam lebih banyak muncul karena banjir informasi di media sosial.
"Memang kemarin kelihatannya mencekam karena berseliweran di media sosial," katanya dalam konferensi pers Jumat lalu.
Dia kemudian melengkapi, "Tetapi begitu kami tiba langsung di lokasi, banyak daerah yang sudah tidak hujan. Yang paling serius memang Tapanuli Tengah, tetapi wilayah lain relatif membaik."
Kini, setelah melihat sendiri dampak di Aek Garoga, permintaan maafnya telah disampaikan. Meski, sejauh ini, hanya kepada sang bupati.
Artikel Terkait
Pasca Banjir Bandang, Pidie Jaya Dihantui Krisis Kesehatan dan Kelumpuhan Rumah Sakit
Bobby Nasution dan Raja Juli Antoni Didesak Bertanggung Jawab atas Banjir Bandang Sumut
Rehabilitasi Prabowo Bebaskan Ira Puspadewi dari Cekal dan Tahanan KPK
KPK Tangkap Dua Tersangka Kasus Suap Lelang Proyek Stasiun Medan