Suasana malam di parkiran sebuah diskotek di Jalan Simpang Dukuh, Genteng, berubah mencekam Kamis lalu. MRY, seorang pemuda 24 tahun asal Taman, Sidoarjo, ditemukan tak bernyawa dengan luka-luka. Polisi kemudian bergerak cepat. Pelakunya ternyata seseorang yang sangat dekat dengannya: AK, pria 40 tahun yang juga berasal dari Sidoarjo.
Menurut Kapolrestabes Surabaya, Kombes Pol Luthfie Sulistiawan, semuanya berawal dari sebuah malam pesta. Rabu malam, MRY dan AK sudah lebih dulu minum-minuman keras di kosan tersangka. Mereka berlanjut hingga lewat tengah malam.
Rupanya, itu belum cukup. Mereka berdua sepakat untuk melanjutkan ke sebuah diskotek, ditemani lima orang lainnya.
"Nah, ada satu orang lagi, istri salah satu rekan tersangka ini. Mereka bertujuh kemudian menikmati minuman sampai diduga mabuk," jelas Luthfie di Polrestabes Surabaya, Senin (1/12).
Di tengah kemabukan itu, situasi memanas. MRY diduga mengamuk dan menghancurkan beberapa botol serta barang di sekitarnya.
AK berusaha menenangkan sahabatnya itu. Sayangnya, upaya itu justru berbalas pukulan. Emosi pun memuncak. Dalam keadaan tak terkendali, AK mengambil botol minuman yang sudah pecah.
"Kemudian (botol) itulah yang digunakan (AK) membabi buta memukul korban sampai akhirnya korban meninggal dunia," ucap Luthfie dengan nada berat.
Usai tragedi itu, AK dan teman-temannya justru pergi begitu saja. Mereka meninggalkan MRY terkapar sendirian di tempat kejadian.
Tak berapa lama, pihak diskotek menemukan korban dan segera menghubungi Command Center 112 Surabaya. Dari sanalah proses penyelidikan dimulai.
"Kemudian Satreskrim ke TKP, olah TKP, lalu kami telusuri proses kejadiannya sampai akhirnya bisa menetapkan tersangka, yaitu Saudara AK," paparnya.
Artikel Terkait
Surat-surat Hanyut, Nyawa Bertahan: Kisah Titin dan 442 Korban Banjir Langkat
Bencana Sumatra: Status Nasional Tak Kunjung Ditetapkan Meski Korban Tewas Tembus 442 Jiwa
Remaja Penderita Asma Tewas dalam Kebakaran Dahsyat di Jelambar
Ketua DPRD Medan Tuding Dana APBD Cepat Habis Demi Fee, Bantuan Bank Dunia Rp1,5 Triliun Terabaikan