"Seharusnya bisa digunakan untuk irigasi, pasokan air bersih untuk rumah tangga. Tapi yang mereka lakukan justru menyebabkan kerugian nyata. Saya tidak kecewa. Saya marah," ucapnya dengan nada tinggi.
Namun begitu, temuan di Bulacan ternyata hanya puncak gunung es. Pada Oktober, Kementerian Pekerjaan Umum dan Jalan Raya (DPWH) bersama sejumlah institusi pemerintah lainnya mengumumkan hasil audit yang lebih mencengangkan. Dari 8.000 proyek yang diselidiki sementara, 421 di antaranya dipastikan fiktif.
"Angka tersebut baru awal," kata Sekretaris DPWH Vince Dizon, dikutip dari Philstar. Masih ada sekitar 10.000 proyek lain yang menunggu validasi.
Proyek-proyek hantu ini tersebar di seluruh Luzon, Visayas, dan Mindanao, dengan konsentrasi terbesar di Luzon. Skalanya yang masif otomatis menyeret banyak nama. Daftar tersangka yang dirilis ABS-CBN panjang sekali, berisi nama-nama pesohor. Mulai dari sejumlah anggota parlemen, mantan sekretaris DPWH, hingga konglomerat di bidang konstruksi. Mantan Presiden Senat Chiz Escudero juga disebut-sebut.
Di sisi lain, publik tak tinggal diam. Kemarahan yang lama terpendam akhirnya meluap ke jalanan. Aksi demonstrasi kian meluas, digerakkan bukan hanya oleh kelompok sipil, tapi juga elemen agama.
Seperti pada aksi Minggu (30/11) lalu, pastor gereja Katolik turut serta. Tuntutan mereka jelas: semua yang terlibat harus segera diadili dan dipenjara. Selain itu, dana publik yang dikorup wajib dikembalikan. Uang rakyat itu, teriak mereka, seharusnya untuk mencegah banjir, bukan membiayai gaya hidup mewah segelintir orang.
Suasana di Filipina kini tegang. Di satu sisi ada pemerintah yang berjanji menuntaskan kasus, di sisi lain ada rakyat yang lelah dengan janji dan menuntut keadilan nyata. Skandal proyek fiktif ini bukan cuma soal uang yang hilang, tapi lebih dari itu: soal kepercayaan yang porak-poranda.
Artikel Terkait
Timika Siaga, Patroli Gabungan TNI-Polri Kawal Natal
Pengacara Jokowi Buka Suara Soal Wacana Gelar Perkara Khusus Ijazah
PMI Buka Jalur Khusus untuk Pertemukan Korban Bencana dengan Keluarga
Paus Leo XIV Tiba di Beirut, Serukan Perdamaian di Tengah Ketegangan