Whoosh dan Strategi Bertahan Hidup: Diskon 50% untuk Isi Kursi Kosong

- Senin, 01 Desember 2025 | 12:40 WIB
Whoosh dan Strategi Bertahan Hidup: Diskon 50% untuk Isi Kursi Kosong

Gegap gempita mengiringi kelahiran kereta cepat Whoosh. Ia digadang-gadang sebagai simbol kemajuan, sebuah lompatan teknologi yang menandai era baru transportasi Indonesia. Tapi, gegap itu pelan-pelan meredup. Stasiunnya megah, relnya membentang lurus, gerbongnya mengilap. Namun, yang tak kunjung ramai justru calon penumpangnya.

Menanggapi situasi ini, KCIC punya strategi yang lebih membumi: potongan harga 50 persen. Program ini resmi dinamai Whoosh Edutrip. Di atas kertas, semuanya terlihat visioner. Siswa diajak belajar teknologi kereta cepat, sistem keselamatannya, sekaligus merasakan pengalaman naik kereta cepat. Narasinya rapi. Tapi, bagi yang membaca pasar transportasi, diskon besar-besaran sering kali cuma punya satu arti: kursi kosong yang harus segera terisi.

Foto-foto gerbong nyaris kosong sempat beredar luas di media sosial. Bahkan, ada laporan yang menyebut hanya tiga penumpang dalam satu rangkaian. Kontras sekali dengan klaim kapasitas besar dan minat tinggi yang selalu diumbar sejak awal.

Hingga November 2025, program ini sudah menjangkau sekitar 60 sekolah dengan lebih dari 5.000 pelajar. Angka yang impresif di rilis pers, ya. Tapi angka itu juga membuka kenyataan halus: okupansi harian belum ideal. Kereta yang seharusnya jadi andalan pekerja dan komuter, kini lebih sering berfungsi sebagai wahana edukasi untuk rombongan siswa.

Kritik lain datang dari lokasi stasiun yang dianggap kurang strategis. Ditambah harga tiket yang, bagi sebagian orang, belum sepadan dengan akses dan biaya pendukungnya. Akhirnya, banyak yang memilih moda lain. Feasibility study proyek ini dulu dipenuhi optimisme. Mirip seperti berharap hujan takkan turun, padahal langit sudah gelap.

Tekanannya berat. Biaya pembangunan yang menelan triliunan rupiah membuat analis transportasi mempertanyakan kelayakannya dalam jangka panjang. Para ekonom pun memperingatkan potensi kerugian yang membebani. Dalam situasi seperti ini, potongan harga bukan sekadar promosi biasa. Ini lebih mirip strategi bertahan hidup.


Halaman:

Komentar